Daniel sangat benci jika harus sendirian dirumah. Teman-temannya suka jika mereka ditinggal sendirian dirumah oleh orangtua mereka. Selain itu, biasanya mereka menyombongkan diri tentang bagaimana mereka merasakan kebebasan dan dapat melakukan hal-hal yang biasanya dilarang oleh orangtua mereka saat ada dirumah.
Tapi, Daniel tidak seperti itu, ia bukanlah tipe pemberontak seperti teman-temannya.
Menyadari sesuatu, Daniel langsung berlari ke arah dapur dan mendorong pintunya sampai tertutup, kemudian melompat mundur, sambil membayangkan ada tangan yang akan mencengkram lengannya. Tapi itu hanya imajinasinya saja.
Merasa lega, Daniel kembali ke ruang tamu, duduk di sofa dan melanjutkan menonton TV. Episode terbaru “Miami Criminal” sedang ditayangkan. Sebenarnya itu adalah film series favorit daniel, tapi saat ini dia lebih memilih untuk menonton “Cartoon Network”, karena suasana malam ini sudah cukup seram untuknya.
Posisinya yang nyaman disofa, membuat Daniel tertidur dalam sekejap.
Sejam kemudian, Daniel harus terbangun karena ada cahaya yang menyorot tepat ke wajahnya melalui jendela. Ia terbangun dengan kesal, namun tiba-tiba cahaya tersebut menghilang.
Cahaya tersebut muncul lagi, kemudian hilang lagi. Terus-menerus seperti itu, muncul dan hilang berkali-kali dengan cepat.
“Kenapa ada cahaya seperti itu?” Pikirnya. Daniel buru-buru menyalakan TV lagi dan menaikkan volumenya. Tapi, beberapa saat kemudian, TV-nya mati, begitu juga seluruh lampu yang ada rumahnya.
Mati listrik seperti ini sudah menjadi hal yang biasa di lingkungan tempat tinggalnya, hanya saja kali ini yang membuat aneh adalah cahaya asing itu mulai berkedip-kedip lagi menyorot ke arahnya.
daniel mulai ketakutan. “Bagaimana kalau ada orang yang mencoba memancingku? Aku mungkin dibuntuti orang gila!” Pikirnya. “Bagaimana kalau dia mengawasiku dari luar?”
Daniel melihat ke luar jendela, namun sangat gelap sehingga tidak terlihat apa-apa dan perasaan bahwa dirinya diawasi makin kuat. Ia langsung melesat ke sudut ruangan dan meringkuk di kegelapan, dan sorotan cahaya asing itu berkedip-kedip lagi, dengan frekuensi yang semakin intens dan cepat.
Daniel merangkak di lantai hingga ke pintu dapur, mengulurkan tangan untuk membuka kenopnya, dan masuk ke dapur kemudian menutup pintunya, menghalangi cahaya tersebut. Dia meraba-raba dalam kegelapan dan menemukan pisau dapur, kemudian ia duduk di kursi di pojok dapur.
Sorotan cahaya itu akhirnya berhenti berkedip, dan Daniel tersenyum lega.
***
1 jam kemudian, orangtua Daniel pulang. Mereka membuka pintu dan disambut dengan keheningan. Ketika mereka masuk ke dapur, pemandangan mengerikan menyambut mereka.
Daniel terduduk di kursi dengan kepala terkulai ke belakang sandaran kursi, ekspresi terkejut tergurat di wajahnya. Tenggorokannya koyak berlumur darah, dan pisau dapur tergeletak di samping kursinya.
Ketika polisi datang dan menyisir rumah itu, mereka juga menemukan mayat seorang gadis remaja di selokan dekat rumah Daniel. Tubuhnya penuh luka tusukan, dan lehernya digorok persis seperti Daniel.
Di tangannya, tergenggam sebuah senter.
Gadis itu nampaknya berusaha memberi sinyal untuk memperingatkan Daniel bahwa ada seseorang yang memasuki rumahnya.
Baca Juga: Thailand