Cokelat

Aku memiliki seorang Putra. Aku sangat menyayanginya, aku akan melakukan apapun untuk melindunginya.

Andrew anak yang riang dan pintar, ia tak pernah mengecawakanku. Ia sangat suka dengan cokelat, ya.. semua anak-anak pasti menyukai coklat dan yang paling penting adalah Andrew sangat suka mendengarkan dongeng dariku sebelum ia pergi tidur.

Malam itu andrew sangat ingin mendengarkan sebuah dongeng mengenai cokelat. Dongeng apa yang bisa aku ceritakan padanya? Apakah ini sudah waktunya?

Akhirnya, ku putuskan untuk bercerita tentang seorang Pria yang membagikan cokelat pada anak-anak. Ku rasa ia sangat tertarik dengan cerita itu.

“Ibu apakah Pria itu akan datang kepadaku di dalam mimpi dan memberiku sedikit cokelat?”

“Ya tidurlah sayang,esok pagi saat kau terbangun pasti kamu akan menemukan cokelat didekat bantalmu”

Andrew tersenyum ceria dan mulai memejamkan mata. Kutarik selimutnya dimalam yang cukup dingin itu dan mengecup keningnya

“Mimpi indah ya sayang”

Esok pagi dengan sangat ceria Andrew menemuiku di dapur dengan membawa sekantong cokelat.

“ibu…ibu lihatlah, Pria itu benar-benar memberikan cokelat kepadaku dan banyak sekali”

Aku memangkunya dan tersenyum melihat kegembiraannya.

“Ibu..apakah Pria itu peri gigi?”

“Ah bukan Andrew, ia lebih hebat dari peri gigi”

“Aku akan menemuinya di mimpi dan meminta lebih banyak cokelat, aku janji akan rajin gosok gigi mulai saat ini”

Malam mulai kembali tiba, tak biasanya Andrew tidur cepat, ia tidak mau mendengar cerita dariku lagi. Ia terlalu bersemangat untuk menemui si pemberi cokelat di mimpinya. Saat tengah malam aku sangat gelisah, aku terbangun dan memutuskan untuk melihat keadaan Andrew.

Saat aku duduk ditepi tempat tidurnya, pandanganku teralihkan ke arah jendela. Di seberang jalan terlilhat seorang pria membawa kantongan besar dan menatap ke arah jendela kamar Andrew.

Ku lihat senyumnya dibawah remang lampu jalanan. Apakah sudah waktunya? ku lihat pria itu semakin dekat. Aku merasa cemas, aku tau hari ini akan tiba.

Dimana cokelatku, Ibu?” Pria itu tiba tiba sudah berada dihadapanku. Aku hanya tertunduk ngeri dan membeku. Saat ia melaluiku, kulihat sebilah pisau mengkilat berada di tangan kanannya dan sebuah kantung besar ditangan satunya.

“Oh.. Andrew.” kudengar bisiknya menghampiri telinga Andrew dan senyum kejamnya saat ia menghempaskan pisaunya tepat ke jantung Andrew.

Cahaya matahari membangunkanku, kudapati diriku tidur di lantai kamar Andrew. Entah kenapa aku bisa tidur dengan pulas malam itu. Apa itu hanya mimpi, seorang pria yang mengambil Andrew dariku? Namun aku benar benar tidak menemukan Andrew di atas tempat tidurnya, hanya ada noda darah di kasurnya.

Lalu ku dengar ada ketukan di pintu. Aku berlari dengan kecemasan dan air mata. Kemudian kubuka pintu rumahku namun tak ada seorangpun disana, yang aku temukan hanya kotak kaca kecil berbungkus kain merah, dengan sepucuk surat di atasnya diikat dengan lucu menggunakan pita biru.

“Ibu, terimakasih telah memberiku yang terbaik. Aku tidak akan pernah kehabisan bahan membuat coklat. Kau tau ibu Andrew adalah bahan cokelat paling enak yg pernah aku rasakan. Aku menyisakan kedua bola matanya untukmu karena aku tau kau mencintainya sama seperti kau mencintaiku. Aku akan mengunjungimu lagi nanti ketika bahan cokelat selanjutnya telah “matang”. Aku menyayangimu Ibu “

Aku hanya tersenyum membaca surat dan melihat kedua bola mata Andrew di dalamnya. Lalu aku memajangnya di lemari kaca di ruang tamu agar aku selalu bisa mengenang Andrew.

“Sepertinya, aku akan mengadopsi anak perempuan nanti.” aku tersenyum menyeringai sambil meneteskan air mata. Aku merasa sangat geli.

Bukankah aku sudah berkata bahwa aku sangat menyayangi Putraku?