– Cerita Hantu –
“Ini adalah ide yang bodoh. Mengapa kita melakukan hal ini?”... setidaknya itulah yang ada dipikiranku di malam yang dingin dan menakutkan ini, tapi di sinilah aku sekarang, duduk di kursi mobil milik sahabatku, Jack,
Sesekali aku mengintip keluar jendela dan melirik hal yang indah dan menyenangkan. Ya, langit malam dengan bulan yang besar dan bercahaya.
Aku melihat jam tanganku, dan ternyata ini sudah hampir tengah malam. Dimana saat kebanyakan orang normal sudah berada di tempat tidur, kami malah berada di tengah jalan raya yang sepi ini.
Aku melihat Jack, yang sedang mengemudi dan tersenyum gembira, tampaknya ia tidak menyadari betapa bodohnya rencana ini.
“Mengapa kita melakukan ini, Jack? Kau tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi” kataku, sedikit kesal berada di situasi seperti ini.
Setelah mendengar ucapanku seketika itu juga wajah Jack berubah menjadi jengkel.
“Kau sendiri yang setuju untuk datang, jadi bisakah kau berhenti untuk menjadi bocah penakut dan mencoba sedikit bersenang-senang!” bentaknya, dan membuatku terdiam.
Lima menit kemudian Jack menghentikan mobilnya. “Kita sudah sampai”.
kalian tahu apa yang membuatku kesal?.. yang membuatku kesal adalah mengetahui fakta bahwa dia mengatakan “Kita sudah sampai” dengan wajah yang penuh kegembiraan.
“Yah, hampir, maksudku kita harus berjalan sedikit.”, lanjut Jack.
Ia pun memimpin jalan dan kami mulai berjalan menyusuri bukit berumput yang curam dan berakhir di hutan yang gelap gulita.
“Sialan, aku tidak bisa melihat apapun”, seruku .
“Jangan khawatir, aku sudah mempersiapkan semuanya” , seru Jack sambil menarik senter kecil dari saku celananya
“Hmm.. tentu saja” gumamku dalam hati.
Hampir satu jam kami berjalan menyisir hutan gelap ini. Aku harap kami tidak lupa jalan kembali menuju mobil kami tadi.
Akhirnya, kami tiba. Tiba disebuah terowongan yang gelap dan lembab, bahkan sepertinya senter Jack tidak akan berguna banyak didalam terowongan tersebut.
Aku menatap Jack. “Tempat apa ini?”
“Ghost Chamber. dan disinilah petualangan kita yang sebenarnya akan dimulai, Ayo kita masuk”, seru Jack mengatakannya dengan penuh semangat.
Kau tahu, akan sangat berbahaya jika kau terlalu bersemangat untuk masuk ke dalam perangkap kematian seperti ini. Aku coba menghentikannya. “Hey.. hey.. hey.. kita tidak akan masuk ke sana, kan? Kita akan membunuh diri kita sendiri. Bagaimana jika senter ini mati? Bagaimana jika ada orang lain di sana? Bagaimana jika ada ….”
“Bagaimana Jika kau berhenti menjadi orang cengeng dan mulai berjalan dibelakangku memasuki terowongan ini?”, ucap Jack seraya memotong keluhanku. “Ayo, kita masuk.”
Sebenarnya aku enggan mengikutinya masuk ke dalam terowongan. Terowongan itu dingin, gelap dan lembab. Serangga di mana-mana, belum lagi semua bangkai tikus dan mayat kucing yang membusuk menyengat hidung.
Ada banyak sekali tulisan/grafiti aneh di dinding terowongan ini. Aku tahu sepertinya ada yang tidak beres, sesaat ketika aku memasuki terowongan ini, aku langsung merasa sesuatu yang sangat aneh di seluruh tubuhku. Rasanya seolah-olah sekumpulan energi negatif berusaha merasuki tubuhku.
Aku kewalahan dengan rasa takutku. Namun, aku melihat Jack masih begitu bersemangat berjalan didepanku, jadi aku berusaha menutup mulutku dan terus mengikuti di belakangnya.
Sepertinya kita sampai di tengah terowongan, Jack langsung mengeluarkan kameranya dan memutuskan untuk mengambil beberapa gambar. Suara kamera Jack bergema di dalam terowongan disertai lampu flash yang membutakan mata.
Tiba-tiba, aku merasakan ada sebuah tangan kecil yang menggenggam bahuku. Aku segera berbalik melihat kebelakang, tapi tentu saja, tidak ada siapa-siapa.“Mungkin itu hanya perasaanku saja.” pikirku, dalam upaya untuk menenangkan detak jantungku yang sudah tidak karuan.
Dingin dan gelap semakin menguasai ketika kami berjalan semakin jauh ke dalam terowongan. “Sudah berapa lama kita berada di terowongan ini?”, tanyaku pada Jack.
Dia menoleh padaku dan tersenyum. “Apakah kau baik-baik saja? Kita akan kembali sebentar lagi.”, jawab Jack dengan sedikit gugup.
Setelah mengambil beberapa foto, Jack berkata “Baiklah, sepertinya kita sudah berjalan terlalu jauh ke dalam terowongan ini, ayo kita kembali”
Kami mulai berjalan kembali ke pintu masuk terowongan ini. Aku sangat tidak sabar untuk keluar dari sini. Kami berjalan dengan cepat, dan tiba-tiba aku mendengar sesuatu seperti tawa seorang gadis kecil.
Lalu, aku merasakannya lagi. Tangan di bahuku.
Hal yang sama, seperti tangan anak kecil. Hanya saja kali ini genggamannya lebih kuat, sepertinya sosok itu sedang mencoba mendapatkan perhatianku.
Namun sekali lagi, aku mencoba untuk meyakinkan diriku sendiri bahwa itu mungkin hanya perasaanku saja dan apapun itu, aku hanya ingin keluar dari tempat ini secepatnya.
Akhirnya, dengan nafas yang tidak beraturan, kami kembali sampai di pintu masuk dan dengan cepat berjalan keluar. Kami bergegas melalui hutan dan mendaki bukit, melirik bahu kami setiap saat untuk memastikan tidak ada yang… “Mengikuti”.
Setelah perjalanan yang melelahkan, akhirnya kami tiba di mobil Jack. Aku langsung masuk kedalam mobil dan mengistirahatkan tubuh serta pikiranku.
Jack menyalakan mobil, sambil memanaskan mesin mobil, ia mengeluarkan kameranya, “Baiklah, mari kita lihat apa yang kita dapatkan di dalam sana.” ucapnya dengan senyum berseri-seri yang mengesalkan.
Kami memperhatikan setiap detail gambar yang diambil. Tidak ada apa-apa. Hanya ada tembok-tembok beton, sampah yang berserakan didalam terowongan dan hal tidak penting lainnya.
Lalu sampailah kami di sebuah gambar dengan diriku yang sedang berdiri di depan Jack. Kami berdua memperhatikan gambar tersebut lebih dekat dan terkejut karena ..
Ada tangan anak kecil yang menggenggam bahuku.
Dan yang lebih mengejutkan adalah foto terakhir yang kami lihat. Foto yang membuat seluruh aliran darah didalam tubuh kami terhenti, Foto yang membuat kami tidak bisa menggerakan badan ini sedikitpun.
Kami bahkan tidak tahu bagaimana foto ini bisa ada di kamera Jack…
Foto kami berdua didalam mobil, sedang melihat kamera dengan seorang gadis kecil di sebelahku yang sedang tersenyum.
Baca Juga: The Seven Deadly Sins