Untuk hari ini ada cerita seram yang cukup lawas, sekitar tahun 70-an.
Ini adalah kisah nyata dari daerah Pekalongan. Tentang seorang pria yg ingin menikahi kekasihnya.. Tapi “Wanita” yg ingin dinikahinya itu sudah meninggal bertahun – tahun lalu.
Pekalongan 1970-an,
Sebut saja Tami & Kuncoro, mereka sudah menjalin hubungan sejak SMA, kurang lebih sudah 5 tahun, mereka juga kuliah di universitas yg sama di Jogja, sama-sama cinta pertama, mungkin itu yg membuat hubungannya awet.
Saat beberapa semester Tami kuliah, ayahnya meninggal, Tami yg sangat mencintai Kuncoro sempat memaksakan untuk tetap kuliah, karena ingin selalu berada didekat kuncoro, Tapi karena perekonomian keluarga Tami memburuk, terpaksa dia berhenti kuliah.
Tami yg dulu hidup sangat berkecukupan, waktu itu bangkrut hingga harus pindah ke rumah kontrakan, karena ibunya terlilit hutang. Walau begitu Kuncoro tetap setia, dan selalu menghabiskan jeda waktu libur kuliahnya bersama Tami.
Hubungan merekapun tetap hangat meski hanya bisa berkirim surat kalau tidak bisa bertemu, singkat cerita setelah kuncoro lulus kuliah dan bekerja, Kuncoro ingin menjalin hubungan yg lebih serius dengan Tami.
Tidak ada aral yg melintang, meski kuncoro berasal dari keluarga terpandang, dengan keadaan Tami waktu itu, orang tua kuncoro sangat merestui hubungan mereka, sekira tahun 74-75 Tami dan kuncoro bertunangan, dan akan menikah sekira 1-2 tahun kedepan.
Tapi tak disangka, sekira 3/4 bulan mereka bertunangan, Tami tiba2 jatuh, saat mencuci pakaian di sumur belakang rumahnya, kuncoro yg diberi kabar 1 jam setelah kejadian itu, langsung secepatnya menuju rumah Tami, tapi tami sudah dilarikan ke rumah sakit
Saat kuncoro sampai ke rumah sakit, betapa kagetnya dia melihat perawat hendak menyelimuti seluruh tubuh Tami, “Nyawa Tami sudah tidak tertolong”, Kuncoro lari memeluk tubuh Tami
Menurut narasumber Tami meninggal sekira 2-3 menit sebelum kuncoro datang, Kuncoro menangis berurai air mata, “Kamu tidak akan mati tami!!, Kita sudah berjanji” begitu kira-kira kata kuncoro saat itu
Tapi, sepahit apapun, kenyataan tetaplah kenyataan, menurut diagnosa dokter Tami mengalami pecah pembuluh darah di bagian otak, yang diperparah dengan kondisi jika pasian mengalami stress, tertekan, kurang tidur dan memiliki pola hidup yg tidak sehat.
Kuncoro tahu itu, karena Tami selalu berkeluh kesah di suratnya, tentang dia yang harus ikut menanggung hutang puluhan juta dari kebangkrutan setelah ayahnya tiada, tapi kuncoro tak berpikiran bila itu akan membuat keadaan menjadi begini.
Mata sembab kuncoro, berjalan di samping ibunya Tami, sambil membawa foto berbingkai Tami, kuncoro mencoba Tegar, berjalan menuju Makam, sesekali ia merangkul calon mertuannya yg berlinang air mata. Tami adalah anak Tunggal, jadi hati ibunya juga sangatlah hancur.
Menurut Narasumber yg kebetulan ikut dalam prosesi pemakaman itu, Ibu Tami sempat histeris saat jenazah Tami dimasukkan ke liang lahat, “AKU MAU IKUT!!!” AKU MAU IKUT!!” memberontak ingin melepaskan diri dan ikut “Nyemplung” ke liang lahat.
Kuncoro pun memeluk ibu Tami “Ighstifar bukk, ighstifar!!!” prosesi pemakaman pun berlangsung sampai selesai, malamnya, kuncoro tidak pulang, dia lebih memilih menemani calon mertuannya, menemui para orang yg Takziah, walau disitu juga banyak sanak saudaranya Tami.
Tapi saat acara tahlilan 3 hari meninggalnya Tami, ada pemandangan yg kurang baik, Yaitu tak satupun sanak saudara terdekat Tami yg ikut hadir di sana, kuncoro belum berfikir “ini ada apa sih?”, tapi setelah dilihatnya 7 hari sampai 40 hari, memang tak ada satupun Saudara Tami yg ada dan hadir di sana.
Tak tega kuncoro melihat ibu Tami diginikan, di malam hari saat suasana tak begitu ramai, kuncoro mencoba mendekati ibu Tami, sekedar menangkan, ibu tami memang terlihat banyak melamun setelah meninggalnya Tami.
Kuncoro memang sangat dekat dengan ibu Tami, sambil memijat bahunya, kuncoro berkata:
“Sampun buk, mbotensah rumongso kesepian, tasih wonten kulo, kuncoro niki nggih anake ibuk to” (Sudah bu, jangan merasa kesepian, kuncoro ini kan juga anak ibu kan)
Ibu Tami, menghela nafas panjang, dan bilang “Ho.o le, aku ngerti” ,
Kuncoro pun bertanya “Lha buk, dugi 40dinten niki kok sederek mboten wonten ingkang nindak’i mriki? (lha buk sampai 40hari ini, kok gak ada sodara yg datang kesini to?)
Kalo kita persingkat, kira-kira begini :
Dulu Keluarga Tami ini cukup kaya dan sukses, tapi sejak ayah Tami meninggal, mereka kan bangkrut sampai harus jual rumah dan tinggal di kontrakan, itupun hutangnya belum lunas.
Tidak tahu juga apakah itu penyebabnya, tapi setelah keluarga Tami bangkrut, semua sanak dan saudara yg notabene orang2 kaya juga, kesannya seperti menjauh, biasanya sih gitu hehehe..
Kembali ke cerita,
Di percakapan itu kuncoro mencoba mencari tahu berapa sisa hutang keluarga Tami, nominalnya sekitar 30jtan, kalo di tahun itu mungkin sangat banyak ya.. Kuncoro bertekad dalam hati, ingin membantu melunasi hutang itu
Setelah kematian Tami, seperti tidak ada yg aneh dalam diri kuncoro, dan tetap menyempatkan diri menjenguk ibu Tami di rumahnya, di sela-sela dia bekerja. Kuncoro kini bekerja sebagai kontraktor
Tekad dalam hatinya untuk melunasi sisa hutang tetap ada, dulu dia sempat mencari informasi kepada siapa saja keluarga Tami berhutang, yg ia datangi satu per satu, dan melakukan janji tertulis bahwa sekarang dia lah yg menanggung hutang itu
Kuncoro mulai mencicil satu per satu hutang itu, hingga lunas beberapa tahun kemudian, Kuncoro kini sukses, tapi beberapa teman-temannya mulai tahu keanehan-keanehan dalam dirinya yg mungkin selama ini tak banyak yang tahu
Kuncoro sering membeli pakaian-pakaian wanita secara diam2, walau sebenarnya teman2 dan keluarganya tau tapi mereka mendiamkan atau pura2 tidak tahu, tapi makin kesini kuncoro mulai semakin aneh.
Tadinya kuncoro yg tertutup, menjadi vulgar, setiap dia habis membeli pakaian wanita, selalu dilihatkan ke teman atau keluarganya dan bilang “Apik to? Tami mesti seneng iki” (Bagus kan? Tami pasti suka nih)
Setiap malam minggu, Kuncoro selalu nongkrong di depan stasiun radio di pekalongan, yg mana dulu tempat itu adalah tempat Tami dan kuncoro pacaran waktu SMA, dia juga sekarang sudah jarang kerumah Tami
Perlahan orang disekitarnya mulai menyadari bahwa kini tatapan mata kuncoro “kosong”, seperti orang yg kena gangguan jiwa, setiap bertemu teman/orang sekitarnya dia selalu bercerita tentang Tami hari ini, seperti misalnya: “Wah tadi saya makan bakso di sana sama tami, enak lho”
Seolah dia masih bertemu Tami setiap hari, setiap kali di ingatkan kalo tami sudah meninggal, Kuncoro selalu marah, menundukan kepalanya dan pergi berjalan sambil menggerutu tidak jelas
Walau begitu, Kuncoro sekilas tetap seperti orang normal, dia juga tetap bekerja, teman2nya yg iba, akhirnya kadang menanggapi omongan kuncoro, Misal di tanya
“Kenapa kamu kalo ngapel malam minggu malah di depan stasiun radio, bukan di rumah Tami ?”
Dan Kuncoro berkata kalo Tami itu selalu ingin jalan2, karena kalo nanti kami sudah nikah, gak akan ada banyak waktu buat kami berdua jalan2, setiap pertanyaan itu di ulang oleh orang yang sama, kuncoro juga tetap menjelaskan, seolah orang itu belum pernah bertanya.
TEMPAT MENJEMPUT
Kesaksian dari teman dekat Kuncoro, sebut saja Yono 👦
👦: Saya adalah teman SMA Tami & Kuncoro, kebetulan kami juga satu desa, memang sejak Tami meninggal, Kuncoro jarang berbaur, awalnya sy kira dia sibuk kerja, tapi beberapa tahun belakangan Dia sering sekali nongkrong di kampung, tapi dengan perangai yg berbeda, sekitar seminggu dia menjadi perbincangan di desa, karena kelakuan2 anehnya.
Semua warga pun tahu kalo kuncoro sepertinya stres. Setiap malam minggu, dia selalu keluar dengan motornya, dandan rapi, habis maghrib dia menyempatkan diri untuk mampir ke tempat biasanya anak2 muda berkumpul, dan setiap jam 7 dia selalu pamit ngapel, dan menjemput Tami.
Seperti itu selalu berulang setiap malam minggu, makin kesini saya jadi penasaran, dan di suatu malam minggu, saya iseng nyoba untuk membuntuti kuncoro, “Dimana sih kalau dia jemput Tami?” Sedikit lucu tapi jujur saya sangat iba dengan dia.
Nah!! Dengan motor pinjaman dari paman saya, Saya buntuti Kuncoro, tapi di perjalanan, sy bingung karena jalan itu menuju rumah Tami yg dulu, yg katanya sudah disita bank, tapi setelah melewati rumah itu bukannya berhenti tapi Kuncoro jalan terus,.. Menuju ujung desa.
Saya ikuti terus, sampai akhirnya dia berhenti di depan Gapura sebuah makam, yg mana itu adalah makam tempat dimana Tami dikuburkan, di jarak kira2 20 Meter, saya melihat kuncoro seperti terlibat percakapan kecil, sebelum akhirnya dia jalan lagi.
Seketika itu, bulukuduk saya langsung merinding, sayapun putar balik dan pulang, di kampung ternyata kawan2 sudah menunggu jawaban saya, tentang dimana Kuncoro menjemput Tami, setelah sy ceritakan semua kaget dan bingung.
Bingung antara Kuncoro gila atau memang kuncoro memang menjalin hubungan dengan Tami yg sudah meninggal bertahu-tahun lalu..
PENGANTIN
6 Tahun sudah sejak Tami Meninggal dunia, tapi Kuncoro semakin aneh, entah itu gangguan jiwa atau memang kuncoro benar menjalin hubungan dengan arwah Tami, sangat sulit disimpulkan, karena disatu sisi kuncoro seperti orang normal
Jalan medis juga sempat di tempuh dan diagnosanya kuncoro cuma delusi.. Tapi di lain sisi ada beberapa orang yg bersaksi melihat “Lelembut yg menyerupai Tami”.
Pekalongan, sekira Tahun 1976/77,
Narasumber : Fattah 👦
👦: Cerita tentang keanehan kuncoro sudah menjadi rahasia umum, tapi tak ada satu orangpun yg berani menggunjingnya, karena di desa kuncoro adalah anak dari keluarga terpandang & disegani.
👦: Saya adalah salah satu orang yg bingung untuk menyimpulkan bahwa kuncoro itu gila, pasalnya dari luar dia masih seperti orang normal pada umumnya, dia bekerja ikut kerja bakti dan kegiatan2 kemasyarakatan di desa, kebetulan juga rumah kami bersebelahan,
👦: Tapi disisi lain sy bisa dibilang orang yg paling sering melihat/mendengar keanehan dalam diri Kuncoro, sedikit mundur ke belakang ya, saat untuk pertama kalinya saya menyaksikan keanehan itu..
👦: Jadi jendela kamar saya dan kuncoro itu bersebelahan, bahkan saling berhadapan, hanya tersekat jalan setapak diantara rumah sy & kuncoro, waktu itu, malam hari sekira pukul 12.00, sy yg tidak bisa tidur, mendengar seperti sebuah percakapan dari kamar Kuncoro
👦: Awalnya sy kira itu Radio, tapi semakin saya amati sepertinya itu bukan suara radio, melainkan suara 2 orang sedang mengobrol, sy tak begitu tau apa isi percakapan itu, karena suaranya lirih
👦: Dan suara lawan bicaranya seperti hanya berbisik, sy yg penasaran mencoba mengintip, membuka jendela sedikit demi sedikit… Dan ternyata benar, ada dua orang sedang berbincang, tapi dengan nada berbisik, sesekali ada suara tawa yg ditahan, hihihi 🙊
👦: Di situ saya langsung bergidik takut, saya tutup jendela dan mencoba untuk tidur, tapi suara itu masih saja ada, sy jadi tak bisa tidur, hingga menjelang adzan subuh, suara itu hilang.
👦: Kejadian itu terus berulang, walau tidak setiap hari, saya jd sedikit terbiasa, sampai di suatu malam, ada suara krenyitan jendela yg terbuka, bukan di jendela saya, tapi di jendela kamar kuncoro, & ada seperti bau busuk menyengat, seperti masuk menembus dari luar.
👦: Saking baunya saya sampai beranjak dari tempat tidur, mencari2 dari mana sumber bau itu, sayapun membuka jendela kamar saya, dengan sedikit jengkel, saya buka lebar-lebar, dan di depan jendela kuncoro yg juga terbuka lebar.
👦: Saya melihat ada wanita telanjang bulat dengan kepala gundul/botak, melirik ke arah saya sambil tersenyum lirih.. Wajahnya tak jelas..hanya terlihat matanya yg hitam, tubuh saya tak bisa bergerak, sampai sosok itu berlalu, tanpa menutup jendela lagi.
👦: Saya langsung berlari ke kamar ibu saya, dan keesokan harinya saya demam, sampai harus di bawa ke rumah sakit.
👦: 3 hari opname saya pulang ke rumah, dan biasa, para tetangga pada jenguk saya dirumah, rame bgt tu rumah, dan pas semua tetangga sudah pulang, datanglah kuncoro sambil membawa buah2an, langsunglah dia masuk ke kamar dan duduk disamping saya.
👦: Sembari ibu membuatkan minuman, kami berbicang2, basa-basi lah, dan tiba2 saja kuncoro bilang “OJO NGOMONG SOPO2 YO” (jangan bilang siapa2 ya) yg intinya kuncoro bilang, jangan bilang siapa2 ya kalo kemarin malam “Tami” ke rumah kuncoro dan masuk lewat jendela
👦: Dengan gugup saya menganggukan kepala saja, tetiba saja kuncoro pamit pulang, ibu saya yg sudah membuatkan minum basa-basi lah, bilang
“Kok keseso to mas kuncoro, niki lho unjukane” (Kok buru2 amat sih mas kuncoro, minumnya ini lho)
Tapi kuncoro bilang
“Sampun bu mbotensah repot2, kulo selak ajeng blonjo niki, kagem keperluan nikahe kulo” (sudah bu, gak usah repot2, saya udah keburu mau belanja, buat keperluan nikah saya) sambil dia berjalan pergi
👦: Beberapa hari kemudian, kuncoro semakin parah, dia mulai ngomong ke orang2, kalo besok dia mau nikah dgn Tami, dgn nada geram, ia bilang ke orang2 kalo dia akan kawin lari, Kalau ortunya gak setuju (yaiyalah, nikah sama lelembut, orang tua mana yg setuju 🙊)
Sampai mengumumkan tanggal pernikahan, kalo tidak salah tanggal 24 november di antara tahun 78/79,
Orang2 tentu saja tidak mempedulikan omongan itu,
Kuncoro juga terlihat berbelanja, seperti beras, mie, dll, untuk keperluan pesta pernikahannya nanti, tanggal 24, walau tidak ada yg peduli tapi tak bosan kuncoro selalu mengingatkan teman dan tetangganya kalau tgl 24 nov dia akan menikah
Tapi, yg mengagetkan adalah, pada tanggal 24 november yg mana itu “katanya” adalah hari pernikahannya,
Kuncoro
“Bunuh diri”
di Kamarnya, menggantung dirinya dengan kain sarung,