Kebohongan Kecil

Ada seorang gadis kecil bernama Lulu. Dia sedang berada di kamarnya, bermain, ketika tiba-tiba ibunya memanggil dari dapur. Dia pun segera berlari ke lantai bawah.

“Lulu, kemari sebentar. Aku punya pertanyaan untukmu” kata ibunya.

“Apa itu?” Tanya Lulu.

“Apakah kau tahu siapa yang memakan kue untuk para tamu?”, tanya ibunya

“Uhm … Tidak … Aku tidak tahu,” jawab Lulu.

“Apakah kau yang memakan kuenya?” Tanya ibunya.

“Tidak, Mama, aku tidak memakan kue itu.” jawab gadis kecil itu sambil meremas-remas tangannya dengan gugup.

“Lulu, aku tahu ketika kau berbohong,” kata ibunya. “Seorang pencuri selalu berbohong, dan polisi akan selalu menangkap pencuri. Pencuri akan selalu dihukum. Apakah kau mengerti apa yang kukatakan, Lulu?”

Lulu tidak bisa lagi menahan rasa bersalahnya. Dia mulai menangis.

“Mama, aku minta maaf!” Ia memohon. “Aku yang memakan kuenya! Maafkan aku!”

“Sudah, sudah. Jangan menangis” kata ibunya sambil memegang tangannya. “Aku marah padamu karena kau berbohong . Sekarang kau sudah mengatakan yang sebenarnya, maka semuanya akan baik-baik saja. Tapi ingat, Aku tidak suka pembohong, jadi jangan pernah berbohong padaku lagi, OK? “

“Baik, mama” kata Lulu.

“Sekarang keringkan air matamu,” kata ibunya. “Kita akan pergi ke toko dan membeli lebih banyak kue.”

“OK, Mama,” kata Lulu.

***

Singkat cerita, ibunya lulu melahirkan seorang bayi. Ketika dia pulang dari rumah sakit Lulu pun senang melihat adiknya yang lucu.

“Ini adalah Lala” kata ibunya. “Kau sekarang sudah menjadi seorang kakak. Kau harus memperlakukannya dengan cinta dan kasih sayang. “

“Baiklah, Mama,” kata Lulu.

Tapi ternyata, kehadiran bayi itu membuat ibunya  tidak punya waktu untuk Lulu. Bayi itu menangis sepanjang hari dan sepanjang malam. Lulu yang sudah tidak tahan mendengarnya kemudian berteriak dan menangis. Dia tidak bisa berkonsentrasi. Dia bahkan tidak bisa berpikir. Akhirnya, dia menemui ibunya.

“Mama! Aku sudah muak dan bosan mendengarnya menangis!” Teriaknya. “Aku tidak bisa belajar dengan semua suara ini! Bisakah kau membuatnya diam?”

“Kau harus lebih mengerti,” kata ibunya. “Lala hanya seorang bayi kecil. Kau kakaknya.”

“Tapi kau selalu bersama dengan Lala,” teriak Lulu. “Kau bahkan sudah tidak memiliki waktu untukku lagi. Aku juga ingin menghabiskan waktu denganmu, Mama. Aku ingin pergi ke toko denganmu, ke taman denganmu, berpelukan denganmu … “

“Kau sudah cukup besar untuk pergi ke semua tempat-tempat itu sendiri,” kata ibunya. “Jadi tutup mulutmu dan berhenti bersikap egois.”

“Aku benci kau!” Lulu berteriak sambil menangis. Dia berlari ke atas, membanting pintu dan mengunci diri di kamarnya. Malam itu, ia menolak untuk turun makan malam, dan lebih memilih tinggal di kamarnya untuk merenung tentang Lala.

Lulu pun tertidur, dan malam itu ia bermimpi hal yang sangat mengerikan. Dalam mimpi itu, ia melihat dirinya berjalan didalam rumah dalam kegelapan. Dia pergi ke kamar ibunya dan berjalan menuju tempat tidur adiknya. Kemudian, ia mengambil adiknya dan membawanya turun.

Dalam mimpi itu, Lulu membuka pintu belakang dan membawa Lala ke kebun. Di sana, dengan cahaya bulan, dia mengambil sebuah sekop dari gudang, menggali lubang kecil di rumput basah dan mengubur adiknya hidup-hidup.

Ketika ia terbangun di pagi hari, Lulu gemetar dan keringat membasahi tubuhnya. Dia merasa mual. Mimpi buruk itu tampak begitu nyata hingga dia merasa ngeri.

“Ibu benar,” pikirnya. “Lala hanya seorang bayi. Aku kakaknya. Aku perlu belajar untuk hal-hal seperti ini. Aku akan meminta maaf kepada ibu.”

Saat itu, ibunya membuka pintu kamarnya. Air mata mengalir di wajahnya.

“Lulu, apakah kau tahu di mana Lala?” Tanyanya. “Ketika aku bangun pagi ini, dia sudah tidak ada di tempat tidurnya. Apakah kau tahu sesuatu? “

Gadis kecil itu menggeleng.

“Apakah kau yakin?” Ibunya menuntut. “Kau benar-benar tidak tahu apa-apa? Apakah kau bersumpah? “

Lulu menelan ludah. “Ya, aku bersumpah, mama” katanya pelan.

“Ya Sudah! Baiklah!” Kata ibunya. “Bantu aku menemukannya!”

Mereka menggeledah rumah dari atas ke bawah, tapi mereka tidak bisa menemukan Lala. Mereka berlari naik dan turun mencari bayi itu, tapi dia tidak terlihat. Akhirnya, ibunya jatuh berlutut dan mulai menangis tak terkendali.

“Kemana Lala pergi?” Ia meratap. “Di mana dia? Dia bahkan tidak tahu cara berjalan. Bagaimana dia bisa menghilang seperti ini?”

Lulu meremas-remas tangannya dengan gugup.

“Lala kau pasti tahu sesuatu!” Ibunya menjerit. “Lulu! Kau tahu apa yang terjadi pada Lala, bukan! “

“Tidak,” jawab Lala. “Aku tidak tahu apa-apa …”

“Lulu, aku sudah memperingatkanmu untuk tidak berbohong padaku lagi!” Ibunya menjerit.

“Aku tidak berbohong,” gumam Lulu.”

” Hey! Aku tahu ketika kau berbohong!” Teriak ibunya. “Beritahu aku! Dimana dia? Dimana Lala? “

Lulu tidak bisa menahan rasa bersalahnya lagi. Dia memandang ke luar jendela dan menunjuk gundukan kecil tanah di kebun.

“Tidak!” Teriak ibunya. “Ya Tuhan! Tidak mungkin! Ini tidak benar! “

“Mama!” Isak gadis kecil itu. Dia mencoba untuk meraih tangan ibunya.

“Jangan sentuh aku!” Ibunya menjerit. “Kau membunuh Lala, bukan! Kau membunuhnya karena cemburu!”

“Aku tidak bermaksud begitu, Mama!” Teriak Lulu. “Aku tidak bermaksud seperti itu!”

Ibunya sudah mencapai batas kemarahannya. Dia mencekik leher putrinya. Dia mencekik dengan sangat kuat. Dengan nafas yang tersendat, tubuh Lulu meronta-ronta meminta ampun kepada ibunya. Tak lama kemudian, Lulu sudah tidak bernafas lagi, matanya terbelalak disertai tubuhnya yang terkulai lemas

Tiba-tiba, bel pintu berbunyi. Ibunya segera berdiri dan membuka pintu.

Ketika ia membuka pintu, ia melihat tetangganya berdiri di luar. Dia menggendong Lala yang sedang tertidur dalam pelukannya.

“Kami menemukannya merangkak di luar,”katanya. “Dia pasti keluar dari tempat tidurnya pada malam hari. Beruntung kami menemukannya sebelum sesuatu yang buruk terjadi … “

 

Baca Juga: Cahaya Dari Luar