Kisah Nyata Horor: Bertahan Hidup

Sebelum saya bercerita, saya akan memperkenal diri terlebih dahulu. Nama saya Eko, dan saya adalah orang yang penakut. 

Dicerita ini juga ada 2 teman saya, yang bernama slamet dan ucok. 

Si Slamet adalah seorang yang tergila-gila dengan benda pusaka dan gemar belajar Ilmu Hitam selain mampu melihat hal yang tak kasat mata, ayahnyapun seorang dukun. Dan tokoh ketiga sebut saja Ucok si ceroboh.

Oke kita mulai ceritanya….


*Tahun 1990.

Saat sedang asyik ngopi santai di salah satu warung kopi bersama Ucok.

Datanglah Slamet teman baikku dengan segala kegilaan diotaknya.

Slamet: ” Ternyata lo disini, gua cari kerumah pantes gaada. ”

Akupun tidak menggubrisnya,

Tiba-tiba dia duduk ditengah-tengah Aku dan Ucok.

Aku: ” Ngapain sih met. ”

Slamet: ” Ekspedisi lagi yokk. ”

Aku menggeleng kepala seolah tidak setuju,

Karena dia, aku Hampir mati ketakutan di Hutan kalimantan.

Slamet membujuk seakan memaksaku untuk ikut,

Slamet: ” Ayolah Ko, yang terakhir deh ini. ”

Aku: ” Kaga ah, lo mau bunuh gua 2 kali kan? ”

Slamet dan Ucok tertawa,

Slamet: ” Kagalah, masa iya gua bunuh teman baik gua sendiri. ”

Aku: ” Ah buktinya lo ninggalin gue waktu diHutan itu. ”

Slamet: ” Ya, gua kan udah cari lo selama 3 hari gaketemu-temu. ”

Aku: ” Ah bodoamat ah met, gua gamau. ”

Slamet merayuku terus menerus dan meyakinkan bahwa tidak akan terjadi apa-apa.

Entah pelet apa yang ia gunakan padaku, hingga akhirnya aku menyetujui untuk ikut,

Aku: ” Emang lo mau kemana lagi sih? ”

Slamet: ” ke Hutan yang ada di Jawa Tengah, P**********, Desa G***** W**** ”

Aku: ” Ngapain lo kesana? Cari benda Pusaka lagi? ”

Slamet: ” Engga dong, gua hanya disuruh Bapak gua untuk kesana, buat cari tau Suku P********. ”

Aku: ” Tapi lo jamin keselataman gua kan? ”

Slamet: ” Pasti, tapi kita bakalan lama disana, persediaan makanan dan peralatan kita gaakan cukup kalo cuma kita bawa berdua.”

Ucokpun langsung mengangkat tangannya,

Ucok: ” Gua ikut. ”

Aku dan Slamet pun saling tatap, karena ia tahu Ucok ini lebih mengandalkan tindakannya dari pada pemikirannya.

Tapi kami harus merekrutnya, karena kita kekurangan personil.

Aku: ” Iyaudah lo atur aja met, gua mau balik dulu . ”

Slamet: ” Oke boss, gua juga balik deh udah mau maghrib soalnya. ”

Ucok: ” Gua juga dah, daripada bengong-bengong gajelas disini. ”

Kami bertiga pun pulang kerumah masing-masing.

 

*Hari keberangkatan Jakarta-Jawa Tengah.

Setelah semua hal sudah kita siapkan, kamipun berangkat dari Jakarta menuju Jawa Tengah menggunakan Bus S**** J*** .

Sore hari menjelang maghrib kami sudah sampai ditempat yang Slamet maksud. Slamet berkata sebelum memasuki tempat tersebut,

Slamet: ” Ingat, jangan ada yang bertindak sesuka hati. Ikuti aturan gua, kalo lo mau selamat. ”

Aku dan Ucok yang mendengar pernyataan tersebut lalu mengangguk mengerti.

Kami bertigapun memasuki Hutan tersebut,

*catatan: Ucok ini bertubuh besar dan suka makan.

Saat ditengah perjalanan Ucok mengeluh lapar,

Ucok: ” Gua lapar nih, makan dulu yok! ”

Slamet: ” Yaudah kita diriin tenda aja disini, gua juga laper nih. ”

Akhirnya kami mendirikan tenda. Setelah makan, kita pun berbincang hangat.

Aku yang membuka percakapan ditemani rokok ditangan,

Aku: ” Met, Suku yang lo sebut itu berada dimana sih met? ”

Slamet: ” Ya, berada dalam hutan ini, gua juga gatau persis mereka ada dimana. ”

Aku: ” Terus kita kelilingi Hutan ini sampe ketemu? ”

Slamet mengangguk.

Ucok: ” Waduh bisa kurus gua nih kalo disuruh kelilingin Hutan ini. ”

Aku dan Slamet pun tertawa terbahak-bahak,

Slamet: ” Udah lo tenang aja, persediaan Makanan kita banyak kok. ”

Setelah berbincang hangat, kamipun segera masuk ke tenda, untuk tidur karena lelah dalam perjalanan.

 

*Keesokan harinya.

Cuaca yang cerah hari ini bersama kami untuk melanjutkan perjalanan. Kulihat Slamet sudah bersiap-siap melanjutkan perjalanan,

Slamet: ” Yok, berangkat!! ”

Aku: ” Bentar, baru juga bangun gua. ”

Ucok yang masih mengantuk, hanya berkata.

Ucok: ” Siangan aja met, masih ngantuk gua. ”

Slamet: ” Lo emang hobbynya tidur Cok, udah ayo bangun! ”

Kami berdua pun terpaksa harus bangun meski masih mengantuk karena sudah terbiasa bangun siang waktu di Kota.

Setelah kami merapihkan tenda dan bersiap melanjutkan,

Kamipun melanjutkan perjalanan bersama rindangnya pohon dan suara hewan yang bersahut-sahutan. Terdengar suara aliran sungai, membuat kami harus menuju kesana untuk mengisi persediaan air.

Saat hampir sampai sungai tersebut aku melihat anak kecil sedang meminum air sungai itu,

Akupun berhenti sejenak dan berkata pada Slamet dan Ucok.

Aku: ” Mett!! Cokk!! Lihat ada anak kecil disana. ”

Slamet dan Ucok segera mengarahkan pandangannya pada sungai tersebut, Anak kecil yang tahu karena sedang diamati, lantas pergi kedalam Hutan tersebut.

Aku aneh dengan anak itu karena berlari bukan seperti orang Normal pada umumnya ia berlari dengan kaki yang berjinjit, setelah kuperhatikan ia tak memiliki tumit,

Aku yang bingung lantas menanyakan hal ini pada Slamet.

Aku: Mett!! Itu anak larinya kok jinjit ya dan gapunya Tumit lagi. ”

Slamet tersenyum,

Slamet: ” Mereka itu suku yang kucari, Mereka disebut W*** A*** , Mereka memiliki Ilmu Supranatural yang hebat, jangan sekali-sekali lo macam-macam dengannya ”

Aku: ” Terus kenapa lo cari suku tersebut? ”

Slamet dengan entengnya menjawab,

Slamet: ” Gua pengen berguru dengan pimpinannya S** K****** ”

Akupun langsung mengarahkan pandanganku pada Ucok,

Aku: ” Matii kita Cokk!! ”

Ucok yang merasa bodoamat dengan hal ini, tertawa bersama Slamet.

” Aku lupa sedang bersama Si Ceroboh dan Si Gila, Mati gua kali ini!!” batinku.

Slamet: ” Udah ayo isi air, abis itu kita ikuti jejak anak kecil tadi. ”

Setelah kami mengisi air persediaan, kamipun melanjutkan perjalanan untuk mencari keberadaan suku tersebut,

Perjalanan yang cukup jauh dan melelahkan mengharuskan kami beristirahat ditengah perjalanan .

Aku: ” Cape gua nih, istirahat disini aja dulu. ”

Ucok: ” Iya nih lapar sekali gua. ”

Slamet: ” Hobby lo makan sama Kentut doang ya Cok? ”

Ucok: ” Bacot lo Met!! Udah bunyi perut gua nih, masa iya lo mau liat teman lo kelaparan. ”

Slamet: ” Iyaudah bawel lo, kita makan disini aja. ”

Kamipun memasak mie instan untuk menghilangkan lapar sekaligus mengistirahatkan kaki kami yang letih. Selesai makan, kita merebahkan tubuh dirumput yang empuk, tak terasa kami bertiga terlelap dalam tidur.

 

*Jam 19:30

Srukkk!! Srukkk!! Srukkk!!

Suara seperti orang berlari dirumput ilalang, membuatku harus terbangun dari lelap tidurku.

Lantas aku segera membangunkan Slamet dan Ucok.

Aku: ” Mettt!! Cokk!!! Bangunn!!! ”

Mereka yang lelap dalam tidurnya tak menggubrisku yang membangunkannya.

Aku yang takut dengan hal yang tak kasat mata berusaha kembali membangunkannya,

Aku: ” Mett!! Cokk!! Ada setan!!!! ”

Lagi-lagi ia tak perduli denganku, dan masih terlelap dalam tidurnya.

” Bangke nih anak susah amat dibanguninnya ” umpatku kesal.

Tiba-tiba suara seperti orang berlari itu semakin dekat,

Sontak membuatku harus menampar Slamet dan Ucok sambil berkata,

Aku: ” Cok!! Met!! Setannya makin dekat. ”

Ucok dan Slamet harus bangun karena tamparanku.

Ucok dan Slamet: ” Awww!! ”

Ucok: ” Apaan sih Ko! Ganggu tidur gua aja lo ”

Slamet: ” Tau lo Ko, apasih?!! ”

Aku: ” Ada setan goblok!!! ”

Slamet: ” Memang banyak setan disini Bodoh!! ”

Slametpun akhirnya menyadari bahwa sudah malam,

Slamet: ” Udah malem ya rupanya. ”

Aku yang kesal lantas menjawab,

Aku: ” Makanya kalo tidur jangan kaya orang Mati. ”

Ucok yang tak perduli tentang apa yang ku katakan hanya melanjutkan tidurnya,

Saat Ucok ingin melanjutkan tidurnya, tiba-tiba Slamet berkata.

Slamet: ” Yaudah ayo kita cari tau Suara tersebut, sekalian lanjutin perjalanan. ”

Sontak membuat Ucok dan Aku heran,

Aku: ” Malam-malam gini? Kita jalan? ”

Ucok: ” Tau lo mett! Besok aja si siangan Gua ngantuk banget. ”

Slamet menjelaskan bahwa suku tersebut lebih sering beraktifitas malam hari untuk mencari makan,

Ucok: ” Yaudah makan dulu, baru gue mau lanjutin perjalanan. ”

Akupun menggeleng-geleng kepala seolah tak paham pemikiran mereka berdua. Karena menurutku, Ucok lebih baik Mati ketakutan daripada Mati kelaparan.

Slamet: ” Yaudah kita makan dulu. ”

Kami bertigapun akhirnya makan malam.

Setelah selesai makan malam kami hendak melanjutkan perjalanan,

Kamipun melangkahkan kaki untuk melanjutkan perjalanan, Headlamp sudah terpasang sebagai Penerangan kami dalam perjalanan.

Ditengah perjalanan aku tak sengaja menyoroti pohon Beringin yang ada di depan,

Sontak membuatku kaget,

Sosok wanita sedang melambai dengan Wajah penuh dengan ulat, dan senyumnya khas serta rambutnya yang panjang mengharuskan aku mengalihkan pandanganku ke bawah,

Betapa kagetnya saat aku mengalihkan pandanganku kebawah ada sosok anak kecil berkepala botak sedang bergantung pada kakiku.

Aku sontak berteriak pada Slamet yang berada sekitar 10 langkah didepanku,

Aku: ” Mett!!! Mett!!! ”

Slamet yang mendengar teriakanku, lantas membalikan tubuh ke arahku, dan membuat sosok anak kecil yang dibawah kakiku hilang.

Slamet: ” Kenapa? ”

Aku: ” Ada tuyul met!!! di kaki gue tadi. ”

Slamet: ” Ah biasa itumah, lagipula tujuan gua bukan nyari hantu disini ”

Lagi-lagi aku dibuat geram sama Slamet ini,

Aku: ” Tapi kan gua takut goblokk!! ”

Slamet: ” Berisikk!! Udah ayo jalan lagi. ”

Slamet yang tak perduli apa yang terjadi denganku, lebih memilih untuk melanjutkan perjalanannya. Namun saat hendak ia mau melanjutkan perjalanannya ia melihat kebelakangku,

Dan berkata,

Slamet: ” Ucok mana? ”

Akupun langsung mengarahkan pandangku kebelakang, karena aku yakin Ucok ada dibelakangku saat sedang diperjalanan. Dan benar Ucok tidak ada dibelakangku,

Akupun mengarahkan kembali pandanganku pada Slamet yang berada didepanku.

Kita saling menatap seolah bingung.

Aku: ” Dia dibelakang gua tadi Mett!!! ”

Slamet: ” Haduh si Bodoh itu nyusahin aja, yaudah kita berpencar buat cari Ucok. ”

Aku: ” Lho ga bareng-bareng aja nyarinya? ”

Slamet: ” Biar cepet Ko, keburu semakin malam. ”

Aku terpaksa harus menuruti permintaanya, sebenarnya aku takut bila harus berpencar mencari Ucok. Slamet menaruh tanda agar memudahkan kami untuk berkumpul,

Slamet: ” Setengah jam lagi gua tunggu disini, ketemu engga ketemumya pokoknya lo harus kesini, oke? ”

Akupun mengangguk mengerti,

Kami berdua akhirnya melangkahkan kaki untuk mencari dimana Ucok berada.

Akupun semakin menembus pekatnya malam dan hanya ditemani Headlamp yang bergantung dikepalaku sebagai penerangan,

” Ucookkk?!!! Cokk?!!! ” Panggilku,

Namun tak ada jawaban hingga akhirnya aku sampai dijalan setapak dengan rumput ilalang yang meninggi disampingnya.

” Cokk?!!! Cokkk?!!! ” berusaha kembali memanggil namanya,

Namun tetap tak ada jawaban,

Tiba-tiba tercium bau kentang menusuk hidungku,

langkahku semakin berat…

Aku yakin ada yang tak beres disini, tapi aku tetap harus mencari Ucok.

Hmphh!! Hmphh!! Hmphh!!

Suara nafas yang begitu berat terdengar ditelingaku semakin membuatku ingin mengurungkan niat untuk mencari Ucok.

” Ah gua kabur aja dari sini, gaberes nih tempat ” batinku.

Tak lama kemudian terdengar suara tawa dibalik rumput ilalang,

membuatku semakin yakin untuk pergi meninggalkan tempat ini.

Saat hendak berlari, bungkus putih muncul dari balik rumput ilalang melompat-lompat berusaha menjegatku untuk pergi.

Sontak membuatku harus berlari dan berteriak.

” Pocongg!!!! ” Teriakku.

Akupun lari sekencang-kencangnya, membuat bajuku bermandikan keringat dingin.

Dan berhenti sejenak karena kurasa sudah aman dari si Bungkus Putih itu, akupun menyenderkan tubuhku pada pohon. Kulihat jam tanganku sudah menunjukkan hampir setengah jam,

Namun Ucok belum ketemu juga,

Keadaan ini semakin membuatku hampir gila.

Maka kuputuskan untuk kembali ke tempat berkumpul,

Ku berharap Slamet menemukan Ucok.

Rasa khawatir menyelimutiku saat dalam perjalanan kembali ke titik kumpul, karena takut, Ucok tak bisa kembali.

 

*Setengah jam kemudian.

Aku dan Slamet sudah berada dititik kumpul, namun Slametpun tidak menemukan keberadaan Ucok.

Aku: ” Ucok udah mati kali Met, dimakan binatang buas. ”

Slamet: ” Belum, dia belum mati. ”

Tak lama seorang yang tak asing bagiku berjalan kearah kami dengan membawa 2 ayam ditangannya,

Ya, itu Ucok siceroboh.

Aku: ” Nah itu Ucok. ”

Slamet: ” Dari mana lo Cok? ”

Ucokpun menjelaskan bahwa saat ia tertinggal dalam perjalanan ia melihat seekor ayam dan menurutnya lumayan buat makan nanti jadi diikuti lah ayam tersebut. Kemudian sampailah ia dipemukiman warga yang hanya sekitar 5/6 rumah,

Dan katanya ada warga yang sedang makan Ayam yang masih hidup,

Ia pun langsung meminta 2 ayam karena ia lihat disana banyak sekali ayam-ayam itu

Tapi tak dijawab oleh warga tersebut,

Slamet: ” Jadi lo asal ambil aja tuh ayam? ”

Ucok: ” Ya gue sih udah minta baik-baik tapi gadijawab, jadinya gua ambil aja 2 ayam ini buat makan nanti hehe. ”

Tiba-tiba mimik wajah Slamet berubah, seperti sangat marah .

Slamet: ” Gobloknya lo Cok!! Cokk!! Masa lo gabisa bedain itu warga biasa atau warga jadi-jadian!! ”

Ucok dengan santainya menjawab,

Ucok: ” Udah ayo makan ayam ini aja dulu, ntar aja marah-marahnya. ”

Slamet hanya menggeleng-geleng kepala seolah tak percaya ada yang punya pemikiran lebih gila darinya,

Slamet: ” Udah taro ayamnya disini, kita harus cepat pergi dari sini. Gua gayakin bisa keluar dari Hutan ini dengan selamat. ”

Ucok akhirnya terdiam dan menunduk,

Slamet: ” Ayo cepat pergi dari sini!! ”

Tiba-tiba Ucok tertawa dengan sendirinya.

Ucok: ” Haha Bocah kecil tak tahu tata krama. ”

Setelah itu Ucok memakan ayam yang ada ditangannya hidup-hidup, ia sangat menikmati ayam tersebut. Pemandangan yang membuat perutku mual sekaligus ngeri.

Slamet yang melihat itu segera merapalkan mantra dengan tangan diatas kepala si Ucok.

Ucok akhirnya sadar dengan darah ayam yang masih mulutnya,

Slamet: ” Ini baru permulaan, mungkin nyawa kita taruhannya jika kita masih berlama-lama disini. ”

Pernyataan Slamet membuatku diam seribu bahasa,

Bagaimana bisa aku mati karena ulah Si Ceroboh ini. Namun saat hendak melangkahkan kaki untuk meninggalkan tempat ini

Ucok muntah darah, Dan berteriak seperti layaknya seorang disiksa.

” Ampunnn!!! Ampunnn”

Teriakan Ucok membuat badanku gemetar, tak lama Ucok tak sadarkam diri.

Aku: ” Gimana ini Met?!! ”

Slamet: ” Lagian dari awal udah gua bilang jangan berbuat sesuka hati, mereka itu bukan orang biasa, kekuatan magisnya alami dari lahir, beda dengan gua yang masih belajar ini. ”

Aku: ” Lalu solusinya apa Met? ”

Slamet: ” Jangan sampai tertangkap kepala Suku itu. ”

Slamet mengeluarkan sesuatu dari dalam kantongnya,

Sebuah kain hitam dilapisi kulit macan ditempeli dikeningnya Ucok sambil merapal Mantra, Tak lama Ucok kembali sadar.

Slamet memberikan kain hitam, sebagai penjagaan Ucok.

Slamet: ” Cok nih kantongin ayo kita pergi , sebelum kepala suku mencari kita . ”

Kamipun berniat meninggalkan tempat ini sebelum kepala suku tersebut mencari kita.

Srukk!! Srukk!! Srukk!!

Suara seperti seseorang berlari, menghentikan langkah kami.

Slamet: ” Bahaya nih!! ”

Aku: ” Bahaya kenapa Met? ”

Slamet: ” Mereka ada disini. ”

Tiba-tiba kami didorong dari belakang hingga membuat kami bertiga tersungkur ke tanah. Slametpun langsung berdiri merapalkan Mantra,

Slamet: ” Cokk !! Ko!! Lo pergi duluan dari sini, cepat!!!! ”

Aku dan Ucok yang mendengar pernyataan Slamet, segera berdiri meninggalkan Slamet. Namun disetengah perjalananku meninggalkan Slamet, aku harus bernostalgia saat masa-masaku bersama Slamet.

Bagaimana tidak walaupun ia mempunyai segudang pemikirannya yang gila ia tetaplah teman baikku, dan aku tak mau hal yang tak diinginkan terjadi padanya.

Aku: ” Cok, balik lagi ayo ke Slamet, kita hadapi Mereka bareng-bareng. ”

Ucok: ” Ayo. ”

Kamipun kembali menemui Slamet,

Aku dan Ucok heran karena melihat Slamet sudah berdarah-darah.

Slamet: ” Lo gua suruh pergi, kenapa balik lagi. ”

Aku: ” Hahaha , lo kalo mau mati ajak-ajak dong teman baik lo yang ga guna ini. ”

Slametpun tersenyum dan berkata,

Slamet: ” Bodohh, pesta sudah selesai. ”

Aku dan Ucok yang tak mengerti maksud Slamet hanya diam.

Slamet menunjukkan jari jemarinyayang hilang,

Slamet: ” Gua berikan 2jari gua sebagai permohonan maaf atas kecerobohan Ucok, itu satu-satunya cara agar kita selamat, udah ayo pulang. ”

Slametpun gagal mendapatkan Ilmu barunya dan malah kehilangan jari-jemarinya.

Selesai…