Kisah Nyata Horor: Magang Jadi Guru (Part 1)

Perkenalkan, kalian bisa sebut saya Suneo, ini adalah pengalaman beberapa teman saya ketika magang mengajar disalah satu SMK untuk memenuhi syarat mata kuliah. Untuk nama kampus , tempat, dan semuanya saya rahasiakan rapat-rapat seperti pada thread horror lainnya.

Selamat membaca.


Minggu, hari dimana orang yang harusnya bisa bersantai dan menikmati akhir weekend tidak berlaku untuk mahasiswa semester 7 yang saat itu harus menempuh mata kuliah Praktik ngajar, dimana dilatih menjadi seorang guru,

Yonatan yang saat itu menginjak semester lebih dari 7 harus mengikuti magang dengan adik tingkatnya karena dia di magang sebelumnya tidak mengikuti dikarenakan cuti kuliah, minggu itu. Yonatan berangkat dari rumahnya menuju ke rumah singgah sementara untuk anak KPL, jarak dari rumah Yonatan menuju rumah singgah berjarak kurang lebih 2 jam.

Setelah melakukan perjalanan lumayan jauh, sesekali berhenti di Indomerit untuk beli minuman karena cuaca memang sedang panas, akhirnya tepat jam 3 kurang 15 dia sudah sampai di rumah tersebut. Rumah yang akan ditempati berada di belakang tepat dibelakang rumah pemilik tempat.

Singgah itu, yonatan pun memarkirkan sepedanya kemudian mencari pemilik rumah itu “Selamat sore, permisi pak.. buk” sapa Yonatan dari depan rumah.

Kemudian terdengar suara langkah kaki pelan tapi pasti menuju ke arah suara Yonatan

“Dek yonatan? Kok sudah sampai? Ini kuncinya”.

Wanita setengah baya itu memberikan kunci dengan ukiran aksara jawa yang membuat Yonatan beberapa detik memperhatikan ukiran tersebut

“Dek, kalo malem tolong jangan ribut ya, apalagi membunyikan musik, sekecil apapun suaranya, mending sampeyan kasih colokan yang ditelinga. Itu aja ya”

Imbuh Wanita itu dengan memberikan gelagat seolah olah memberikan ancaman yang sangat serius.

“I…iya buk terimakasih” kata Yonatan.

Ia kemudian berjalan menuju ke rumah belakang dan langsung merapikan peralatan yang sudah ia bawa untuk menetap disana sementara.

Setelah semua dirasa selesai, rasa penasaran akan sekeliling area rumah itu membuat kakinya berjalan untuk menyusuri setiap detail tempat tersebut.

“Wih onok lemah kosong sak mene ombone ternyata” (wah ada tanah kosong segini lebarnya ternyata) batin Yonatan ketika melihat ada tanah kosong tepat disamping rumah yang ia tinggali.

Ukurannya pun sama persis, ditambah lagi dari situ dia dapat melihat sekolah yang hendak dia masuki, tampak samping sekolah itu sama seperti kebanyakan sekolah lainnya akan tetapi yang membuat beda ada beberapa pohon yang ditutup menggunakan kain jarik (selendang).

“Wihh keren juga disini budayanya ya” batin Yonatan kemudian dia kembali ke kamarnya.

Malam hari mulai menghampiri, suasananya pun berubah, mungkin karena letaknya berada didesa, untuk mencapai tempat ini saja harus masuk melewati gunung dahulu, Yonatan pun hanya memasak mie instan di dapur.

Sebenarnya Yonatan merasakan ada sesuatu yang membuat dia menjadi tidak nyaman dengan tempat ini, auranya begitu membuatnya ingin kembali lari ke ke kamar, tetapi perutnya tidak sependapat dengan perasaannya.

“Yooo…” suara lirih samar-samar terdengar ditelinga Yonatan membuatnya merinding seketika. Suara itu seperti suara perempuan yang lirih.

“Dek yonatan” suara itu kembali lagi lirih melewati telinga Yonatan.

Yonatan bergeming dan terus melanjutkan untuk memasak karena yonatan ingat pesan alm.kakeknya.

“Le, tak kandani, sepurane tibakno seng nurun teko aku iku kowe le, tulung lek enek suoro gak jelas seng nyeluk jenengmu opo jeneng e mbah ojo disauri…ojo nyauri suoro teko wong seng wes mati” (nak, aku kasih tau, maaf ternyata yang mewarisi aku itu kamu nak, tolong kalau ada suara tidak jelas yang manggil namamu atau nama mbah jangan dijawab, jangan dijawab suara dari orang yang sudah mati)

Dulu Yonatan tidak mengerti apa yang dimaksud alm.kakeknya itu hingga akhirnya dia mengerti beberapa bulan sebelum ccrita ini dimulai.

Yonatan segera bergegas kembali ke kamarnya dan mengunci pintu kamar kemudian menyalakan laptop dengan headset yang tersambung dengan laptopnya. Ia ingin melupakan semua yang barusan terjadi seperti tidak ada kejadian apapun hingga…

DOK DOK DOK..

Suara pintu kamar yonatan diketuk awalnya pelan.. makin lama makin cepat dan keras… kemudian terdengar suara wanita serak.

“AKU NGERTI KOWE ISO KRUNGU SUARAKU!! JAWABEN! OJO RUMONGSO ISO AWAKMU YO! TAK ENTEKNO DINO IKI KOWE!!” (aku ngerti kamu bisa mendengar suaraku! Jawaben! Jangan merasa bisa kamu ya! Tak habiskan hari ini kamu!!)

Ancaman dari suara yang yonatan tidak pernah kenali sebelumnya membuat Yonatan hanya diam terpaku sambil mengambil gagang sapu, tangannya bergetar, walaupun dia sudah mengerti itu apa hanya saja dia masih ketakutan.

Aku ngerti kowe nduwe dekengan gede ndek mburimu! Titenono ae awakmu! (Aku tau kamu punya bala bantuan besar di belakangmu! Awas saja kamu!) ancaman itu kemudian hilang, hening seketika hanya ada suara jangkrik dari luar rumah tersebut yang terdengar.

Penasaran Yonatan ingin membuka pintu dan ingin melihat akan tetapi kaki dan tangannya sudah bergetar sendiri memaksa untuk tetap di kamarnya dan memaksanya untuk tidur serta melalui malam pertama di rumah tersebut.

 

Bersambung ke Part 2 ya ~