Kejadian ini baru saja terjadi sekitar beberapa bulan yang lalu, saat aku masih kelas 2 SMP. Di gantung tepat di samping dinding, di belakang kelas kita, ada sebuah “Kotak Saran”. Kotak tersebut di taruh oleh guru kami, yang bernama Ibu Solomon.
Jika ada siswa yang memiliki ide yang dapat di kembangkan, kami harus memasukan opini / ide tersebut kedalam kertas dan menaruhnya kedalam kotak saran. Lalu, Ibu Solomon akan membacakan isi dari kertas tersebut dan mulai menimbang-nimbang soal proposal kita.
Suatu pagi, saat kami sedang memasuki kelas, seseorang mencoret tulisan “Saran” dari kotak tersebut, dan menuliskan “Kematian” tepat di bawahnya.
“Kotak Kematian” tersebut cukup membuat kaget satu kelas. Beberapa murid berpikir jika hal tersebut cukup lucu, tetapi yang lainnya merasa sedikit terganggu.
Ada beberapa rumor yang mengatakan bahwa aksi “iseng” tersebut di lakukan oleh Derek dan Jamal. Hal tersebut membuat sedikit kekacauan dan menganggu ketenangan kelas. Walaupun, saat guru meminta mereka untuk mengatakan yang sebenarnya, mereka berdua menolak pendapat tersebut.
Akhir cerita, sang guru tidak dapat memutuskan siapa dalang dari semua kejadian tersebut dan semuanya seakan hilang dari pemikiran kita.
Beberapa hari kemudian, Derek di temukan gantung diri dengan lehernya yang cukup tinggi, tergantung di dalam kelas. Ia telah meninggal. Ada sebuah kertas di dalam “Kotak Kematian” yang berisikan: “Aku minta maaf karena telah mengganggu ketenangan kalian semua.”
Beberapa hari setelah pemakaman Derek, Jamal juga di temukan gantung diri di dalam kelas. Di dalam “Kotak Kematian”, ada kertas yang berisikan pesan: “Aku minta maaf karena telah menganggu ketenangan kalian semua.”
Kami semua syok. Tidak ada yang tahu mengapa kedua teman kelas kami tiba-tiba melakukan aksi bunuh diri. Hal tersebut sangat mengganggu. Setelah itu, saat kami tiba di sekolah, kelas tersebut terasa sangat mengerikan. Yang bisa kami pikirkan ialah hal-hal yang mungkin terjadi di sana.
Tidak lama setelah itu, aku pindah sekolah. Aku harus membiasakan diri dengan kelas baru dan mencoba untuk berteman dengan beberapa orang.
Suatu hari, saat aku pulang dari sekolah dan menyalakan TV, aku langsung diarahkan ke berita terkini. Berita tersebut tentang sekolahku yang lama.
Berjalan di bawah layar televisi, aku melihat headline-nya: “Guru Bunuh Diri”
Pembawa Berita tersebut mengatakan, “Guru yang melakukan aksi bunuh diri tersebut ialah guru yang sama dengan dua laki-laki yang sebelumnya pernah meninggal. Ia meninggalkan sebuah surat bunuh diri yang berisikan: Aku selalu ingin tahu bagaimana rasanya membunuh seseorang. Mohon maaf atas semua kekacauannya.”
Aku menatapi berita tersebut dengan rasa ketidakpercayaan.
Menurut laporan berita, Derek dan Jamal tidak melakukan aksi bunuh diri. Mereka dibunuh oleh guru kami, Ibu Solomon.. dan kemudian ia melakukan aksi bunuh diri.. semua hal ini terlalu berat tuk di terima.. dan sangat susah untuk di percaya..
Tentunya, terkadang Ibu Solomon menghukum anak-anak yang tidak patuh kepadanya, tetapi ia ialah wanita yang baik dan ramah.. mengapa ia melakukan semua ini?
Diriku merasa gemetaran hingga ke seluruh tubuhku. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan seperti halnya Derek atau Jamal. Jika aku tidak dipindahkan ke sekolah yang baru, bisa saja aku menjadi korban yang selanjutnya.
Beberapa saat setelah itu, aku mendengar suara dari depan pintu rumahku. Ibuku baru saja pulang dari kerja. Ia masuk kedalam rumah sambil membawa sepucuk surat di tangannya.
“Ada surat untukmu!” katanya. “Kenapa kamu terlihat sangat pucat? Seperti baru saja melihat hantu!”
Aku tidak menjawabnya. Malahan, aku mengambil surat tersebut dan melihatnya denga baik surat tersebut nampak seperti kosong. Tidak memiliki alamat tertera. Aku membuka suratnya dan menemukan sebuah catatan di dalamnya, ditulis dengan tinta merah, serta huruf yang sangat besar.
Catatan tersebut berisikan tulisan: “Jangan berpikir kamu bisa kabur dari semua ini!”
15 hari setelah kejadian itu, aku masih takut untuk menginjakkan kakiku keluar dari rumah ini.