Pengalaman Menyeramkanku | Part 1

Ini cerita pengalaman pribadi milikku, dimulai dari tiga yang artinya setelah tiga ini kehidupanku berubah bahkan sampai detik aku menulis story ini. Warning untuk yang membaca di harap tidak sendirian atau berada di kamar pada saat malam hari (Terutama dengan mematikan lampu). Jika ini bisa terjadi kepadaku, Tentu bisa juga terjadi pada Kalian bukan ??

#Pengalaman 1

2007, Sejak kecil, aku sering melihat hal hal yang menurutku di luar nalar, entah itu bagiku atau bagi mereka yang mendengar ceritaku. Tapi itu tak seperti tiga pengalaman hebat yang membuat pikiranku berbalik 180 derajat tentang mereka, kau mengerti maksudku dengan kata “Mereka” bukan? (Kau tidak sendirian kan?)

Kejadian ini bermula, saat aku tinggal disebuah asrama religi disebuah desa. Asrama ini dibangun ditengah pemakaman 5 tahun sebelumnya. Memiliki 3 ruangan dengan susunan berjejer dan sebuah dapur yang berada di ujung dengan 3 buah kamar mandi dan sumur kecil yang terhalang tembok. Dari tiga ruangan, hanya dua ruangan yang di pakai, ruangan tengah dibiarkan kosong dan hanya berisi lemari lemari kami saja.

Seperti anak anak asrama pada umumnya (apalagi cewe cewe) malam hari tanpa aktifitas biasanya digunakan untuk bergosip atau menceritakan sesuatu yang berhubungan dengan dunia lain, entah itu cerita dari desa mereka atau dari tempat ini.

Saat itu kami tengah berlima, aku, Nurul, kak Leha, Uus dan Kak Rum. Kami berkumpul di ruangan pertama dan membentuk lingkaran untuk berbagi cerita horror. Saat itu, kak rum dengan semangat menceritakan tentang sosok bayangan yang kerap kali ia lihat saat melewati sumur (minim penerangan) untuk ke kamar mandi.

Setengah menantang, ia dengan sambil tertawa berkata bahwa suatu saat ingin melihat seperti apa wujud yang kerap kali berkelebat tanpa menampakkan wajahnya. Aku hanya tersenyum masam, karna dari pengalamanku sejak kecil.. ini bukan hal yang bisa dipermainkan.

Kemudian Nurul temanku menambahkan bahwa ia juga kerap melihat bayangan wanita seolah menari nari di tembok dekat sumur gelap itu (Saat itu teman teman sudah mulai diam).

Kemudian, Uus temanku yang satunya yang asli warga disana membuka suara, bahwa sebelum pembangunan asrama, sumur itu telah lebih dulu ada dan kata teman teman di asrama putra yang kerap lewat disana, mereka sering mendengar tangisan lirih seorang wanita dan kadang suara anak ayam (Suara anak ayam identik dengan.. kuntilanak).

Kami mulai ketakutan sampai disini. Aku meminta agar cerita ini dihentikan karna waktu sudah menginjak tengah malam dan ku lihat kak leha sudah mulai ketakutan, bayangkan saja, Asrama ini berada ditengah kuburan.

Namun,baru saja kami akan berdiri.. “Ctakk” tiba tiba lampu ruangan mati, kami menjerit dan berlari keluar dengan bergandengan tangan. Anehnya hanya lampu ruangan kami saja yang mati, sementara ruangan lain dan diluar masih terang benderang. Namun, saat kami sampai di depan ruangan tengah . tiba tiba.. “Krek” Lampu Disana yang mati dan lampu ruangan kami menyala kembali.

Kami menjerit ketakutan dan sebagian ada yang menangis. Kami kembali berlari keruangan kami tadi, tapi hal yang sama terjadi, lampu di depan ruang tengah hidup dan lampu diruangan kami mati. Saat itulah kami mencium aroma kembang tujuh rupa seolah mengelilingi hidung kami.

Beberapa saat kami memutuskan untuk tidak kemana mana dan saling merangkul hingga terdengar suara pemilik asrama mendekat, memerintahkan kami untuk tidak rame dan segera tidur. Kami ingin menceritakan semuanya, tapi Kak leha melarang dengan alasan tak akan ada yang percaya. Anehnya, saat pemilik Asrama datang, lampu itu kembali menyala. Tapi ini belum selesai..

Ini baru awalnya…

Aku mendengar jam berdenting entah itu satu atau dua kali dari ruang tengah yang kosong, dengan susah payah, akhirnya kami bisa tidur diruangan itu dengan berbaris dan aku kebagian tempat didekat pintu masuk (Karna kami tidur di bawah dengan tikar kasur).

Saat itulah, aku sadar aku bermimpi. Entah karena aku yang paling peka, atau karna Cuma aku yang tidak bercanda tadi, aku seperti ditunjukkan sesuatu. Itu seperti sebuah tempat yang luas, mungkin puluhan atau ratusan tahun yang lalu.

Aku berjalan disebuah rumah sederhana yang sulit kuingat bentuknya. Yang kuingat hanya seorang gadis yang tampak bercermin di depan kaca antik. Dia sangat cantik, aku kira saat itu dia tengah mengenakan gaun, menari kecil di depan cermin itu lalu meletakkan melati di rambutnya. (sampai disini aku teringat cerita Nurul saat melihat bayangan menari nari di tembok).

Aku mencoba melihat kesekitar ruangan, seolah ada suara ramai diluar. Entah itu sebuah acara atau suara gaduh sesuatu yang terjadi. Suara itu semakin dekat, dan saat aku menoleh… gadis cantik tadi tampak menatapku dengan matanya yang terbuka dan lidahnya yang menjulur, saat itu rasanya aku tak bisa bernapas ataupun bergerak (Mirip orang ketindihan) dan aku lihat dengan jelas ia tergantung di langit-langit kamarnya.

Fix, aku belum mengerti apa maksud mimpiku ini tapi sampai saat inipun kalau mengingatnya, aku masih merinding. Lebih parahnya lagi, saat aku sadar dan terbangun dari mimpi itu, aku melihat seluruh ruangan itu gelap (Kebiasan kak Leha biasanya mematikan lampu karna sulit tidur).

Seperti orang yang kedatangan tamu tengah malam pada umumnya, aku bisa membuka mataku tapi sama sekali tak bisa bergerak, nafasku berat dan bahkan mengucapkan Bismillah atau meminta bantuan teman saja aku tidak bisa.

Posisiku yang berada di dekat pintu membuatku bisa melihat dengan jelas dari sudut mataku, ada seseorang yang duduk disisiku dengan rambut terurai panjang dan suara ringkih tertahan “Bisakah kau menolongku?”

Aku tak tahu apa yang terjadi, yang jelas setelah itu kejadian kejadian aneh terus terulang, entah itu bau bau aneh atau kejadian yang menakutkan, kejadian terakhir yang benar benar membuatku tergoncang adalah saat salah satu temanku kesurupan dan ingin meloncat kesumur itu sambil terus berteriak “Kasian, dia sendirian”.

Beberapa saat setelah itu aku memutuskan untuk berhenti. Tapi sebelum itu, aku pergi kesumur itu dengan membawa sebuah dupa cina yang menyala ditanganku, aku berkata seraya memegang sisinya.

” Jika kamu benar benar ada disana, Tolong jangan ganggu siapapun lagi, Aku bawakan ini untukmu… kamu tidak sendirian.”