Tahun 2011, aku memutuskan untuk kembali meninggalkan keluargaku, prestasiku dengan nilai IPK terbaik saat UNAS di Kabupatenku, membuatku mendapatkan beasiswa di Sekolah Tinggi Negeri satu-satunya di luar kota.
Aku tak mengenal siapapun disana, dan aku merasa bisa bernapas dengan lega. Aku berkenalan dengan beberapa orang teman dan mereka berjanji akan membantuku mencari rumah kontrakan bersama yang termurah dan terdekat dari kampus. Sampai disini semuanya baik baik saja. Aku sangat bahagia.
1 bulan kemudian, aku resmi pindah ke sebuah kontrakan yang hanya berjarak beberapa puluh meter dari seberang kampus dengan uang sewa 5 juta selama 2 tahun, sangat murah bukan? Tentu kami yang saat itu ber 8 orang membayarnya dengan cara patungan.
Ada tiga kamar disana, 2 kamar bergandengan dan satu kamar terpisah mirip seperti sebuah ruangan kecil yang kami berinisiatif ingin menjadikannya mushollah. Sebuah kamar mandi menyatu dengan ruang tamu dan satu lagi berada jauh di belakang rumah dan harus melalui lorong kecil dan gelap untuk mencapainya.
Entah kenapa, kesan awalku memasuki rumah ini rasanya aneh. Hawa di dalamnya sangat panas, berbeda dengan diluar. Aku merasa tak nyaman sejak pertama menginjakkan kaki disana.
Dan benar, dari sanalah aku belajar tentang tahap baru kehidupan. Aku, husna, Endah, Indah, Nuril, Lala, Iqoh dan seorang temanku yang benar benar aku lupa namanya awalnya sangat bahagia dan saling berbagi sebagai teman dekat dan keluarga baru disana.
Namun, hal ini tidak berlangsung lama. Cerita ini berawal ketika aku tertidur di ruang tamu setelah sholat Isya’, antara sadar dan tidak aku seolah melihat seseorang menggendong sesuatu di tangannya berjalan cepat menuju kamar mandi yang pintunya selalu dibiarkan terbuka.
Aku yang saat itu tengah Pewe, tidak begitu memperdulikannya, aku pikir mungkin itu salah satu dari teman temanku yang yang akan mencuci pakaian. Tapi, beberapa saat aku menunggu, bahkan sampai hampir jam 10 malam tak ada siapapun yang keluar dari kamar mandi.
Siapa yang akan mencuci sampai selama itu malam malam begini? Sampai disini firasatku mulai tak enak. Aku memutuskan kembali ke kamar dan tidur.
Esok paginya, aku menceritakan hal itu pada teman temanku yang lain. Tapi, tak satupun ada yang percaya padaku dan bahkan mereka menjadikan itu sebagai bahan bercanda sampai kami tiba di kampus.
Mungkin penghuni rumah itu mendengar celetukan-celetukan mereka dan berniat membuat mereka ketakutan setelah ini. Pulang dari kampus, aku melangkahkan kakiku menuju dapur yang terletak di dekat lorong menuju kamar mandi kedua, saat itulah aku kembali melihat seseorang seolah keluar dari kamar mandi kedua dan berlari cepat menuju kedalam rumah kontrakan.
Aku mencoba mengabaikannya dan bergegas kembali ke dalam kamar untuk berkumpul bersama teman-temanku dan menceritakan kembali apa yang aku lihat. Tapi lagi lagi mereka malah menertawakanku dan bahkan ada yang mengatakan bahwa aku hanya mengarang cerita dan membuatku marah dengan memanggilku aneh. Mereka tidak mempercayaiku!
Singkat cerita, malam itu aku memutuskan untuk tinggal di kamar kecil yang kami jadikan mushollah, tempatnya tepat didepan kamar mandi. Aku mengunci diriku disana dan mulai mengutuk sikap teman temanku yang tidak mempercayaiku (Entah percaya atau tidak, saat itu aku merasa tidak sendirian disana).
Aku mengeluh dan menangis pada diriku sendiri, aku berkata seandainya saja mereka melihat apa yang aku lihat, seandainya mereka sedikit saja merasa takut, maka aku akan berterimakasih pada penghuni rumah ini.
Malam semakin larut, dan aku tertidur disana. Hingga… Aku rasakan Handphoneku berdering, ku lihat 6 panggilan di layarnya dari sahabatku Indah yang tidur di kamar pertama bersama 4 teman lainnya. Aku mengangkatnya malas, tapi.. Tahukah kalian apa yang terjadi?
Indah terdengar seperti ketakutan, suaranya lirih dan gemetar. Dia seolah berbisik sangat dekat di layar telfonnya “An, apa kau berdiri di dekat pintu? Seseorang sejak tadi berdiri di dekat pintu, di dalam kamar. Aku takut …”. bulu kudukku langsung meremang mendengar hal itu.
Ruangan yang aku tempati memang menyala lampunya, tapi entah kenapa aku juga merasakan seseorang seolah berada bersamaku saat itu, mengawasiku. “Dah, Jangan dilihat dan datanglah kemari secepatnya!”. Bisikku pada Indah.
Jaringan telfonpun di putus dan tak berapa lama setelah itu, Indah berlari memelukku, dia menangis dan menggigil ketakutan seraya meminta maaf. (Apakah ini balasan dari sumpahku tadi? Entahlah).
Aku meminta Indah agar tidak menceritakannya pada yang lain, biarkan mereka merasakan sendiri. Dan untuk lebih aman, sejak saat itu, aku dan Indah memilih tidur berdua di Kamar itu.
Beberapa hari setelah itu, hubunganku dengan teman teman yang lain (selain Indah) terasa semakin hambar, entah itu perasaanku saja atau memang sikap mereka yang memisahkan diri dariku, aku tidak tahu.
Selama kurang lebih satu minggu setelahnya, mereka tak berbicara sedikitpun padaku, mungkin hanya menjawab ya dan tidak, atau hanya menanyakan hal hal yang sangat penting lalu kembali menjauh, aku benar benar tidak mengerti apa sebenarnya yang terjadi. Hingga malam itu, sesuatu yang sangat sangat aneh dan supranatural terjadi kepada mereka semua.
Awalnya, setelah sholat isyak, aku yang merasa diasingkan memilih menyendiri di lorong gelap menuju kamar mandi kedua (Maklum perasaan cewe sensitif, diabaikan selama seminggu tentu sangat menyedihkan apalagi kita tidak tahu apa salah kita).
Entah apa yang aku pikirkan saat itu, aku sama sekali tidak merasakan takut sekalipun di sana tidak ada penerangan sedikitpun, aku duduk bersender pada salah satu dinding lalu menangis sambil sesekali mengeluh “Aku ingin pulang”.
Sekali lagi, saat itu aku merasakan seseorang berada di dekatku, aku tidak sendiri (Mungkin ini hanya perasaan saja) tapi karna terlalu sedih, aku memutuskan untuk menganggap perasaanku itu ada, aku menganggap disana aku tak sendirian dan aku seolah mencurahkan isi hatiku padanya bahwa aku lebih baik memiliki teman mereka yang jelas tidak pernah menyakitiku dari pada teman temanku yang berada di dalam sana, andai mereka bisa membantuku.
Selang beberapa menit kemudian semuanya baik baik saja setelah itu, namun… Tak lama setelahnya, aku mendengarkan Jeritan anak anak dari dalam kontrakan, spontan aku langsung berdiri saat ku dengar Indah berteriak memanggil namaku. Anehnya, lampu kontrakan padam seluruhnya. Aku mendengar suara pintu terbanting dan bergegas berlari kedalam, dari penerangan diluar,
Seluruh rumah tampak kosong. Teman temanku tak ada di dalam. Aku pikir mungkin mereka berada di luar mencari bantuan dari kontrakan cowo yang bersebelahan dengan rumah kontrakan kami, kuputuskan untuk melihat mereka dari balik jendela kaca. Benar saja, mereka menangis dan berkumpul di luar.
Apa yang terjadi? Aku melangkah keluar rumah dan mereka semua langsung berlari memelukku. Sebagian lagi menolak untuk kembali ke dalam rumah hingga lampu menyala. Saat itulah, aku yang berada diluar bersama teman temanku melihat seseorang secara nyata untuk pertama kalinya (Selama ini Cuma sekelebat), dia berdiri di dalam rumah, melihat kami dari jendela kamar yang berada di kamar ke tiga tempatku selama ini tidur.
Bulu kudukku langsung meremang, berusaha Posthink bahwa itu hanya salah satu teman yang tertinggal. Namun, saat aku menghitung, semuanya sudah lengkap 8 orang berada di luar. Lalu dia siapa? Walaupun sedikit samar karna gelap, aku bisa melihat dia seorang wanita yang tampak menggendong sesuatu di tangannya, wujudnya tampak selama beberapa menit lalu kemudian menghilang dan lampu kembali menyala.
Aku tidak bertanya apapun pada teman-temanku, tapi dari cerita mereka. Awalnya Nuril mengintip ke arah dapur dari jendela kamarnya, dia menjerit ketika seolah ada wajah yang tiba tiba muncul di depannya.
Mereka mulai mencariku setelah itu, tapi mereka tidak menemukanku selama 3 jam lamanya (Ini aneh, karna aku hanya berdiam di lorong itu selama 10-15 menitan) mereka mencoba berjalan ke arah dapur tapi tiba tiba lampu mati dan pintu menuju kedapur seolah terbanting dengan keras seketika.
Saat itulah mereka berteriak karna melihat sekelebat banyangan putih seolah berlari dari lorong gelap tempatku berdiam menuju kearah mereka (Ini membuat bulu kudukku berdiri saat itu) dan mereka berlari keluar dari rumah.
Aku kira, setelah kejadian itu, mereka akan bersikap baik seperti biasanya padaku. Tapi itu hanya berlangsung beberapa hari. Mereka kembali dingin, hingga puncaknya seseorang diantara mereka memfitnah diriku. Mereka ingin, aku keluar dari sana dengan mengirim SMS pada kakakku yang kebetulan bekerja di sekitar daerah itu bahwa aku membawa laki laki masuk kedalam kamar.
Syukurlah kakak tidak mempercayai pesan itu, aku tidak mengerti mengapa mereka sangat membenciku saat itu, tapi yang jelas, setelah aku tahu siapa pengirim SMS itu, aku memutuskan untuk keluar dari rumah yang kami tempati bersama. Pengirimnya tak lain adalah Nuril dengan dukungan 6 teman lainnya.
Mereka tak sebaik yang aku kira, ini terjadi menurut Iqoh karna nurul cemburu karna cowo yang dia suka terlalu dekat denganku beberapa waktu belakangan ini. Hanya karna alasan sekecil ini mereka bisa sejahat ini padaku.
Tepat jam 2 malam, aku mengumpulkan mereka dan meluapkan perasaanku bahwa aku benar benar menyayangi mereka, sekalipun mereka selalu menyakitiku dengan menyebutku aneh juga terlepas dari semua yang mereka lakukan kepadaku. Aku memutuskan untuk pergi malam itu juga dan menumpang kosan teman yang tak jauh dari sana.
Esok paginya, Indah dan Iqoh memintaku kembali dan meminta maaf, begitu pula teman teman yang lainnya kecuali Nuril, dia bersikap angkuh bahkan saat aku datang mengambil barang barangku, dia sama sekali tak menyapaku. Tapi aku tak menyangka, itu terakhir kali aku melihatnya seperti dirinya sendiri.
Sebelum aku pergi, aku menemui warung kecil di dekat kontrakanku dan mentraktir teman kosan baru yang membantuku pindah untuk makan bersama. Dari sanalah kami mendengar fakta yang membuatku bersyukur mendapat musibah ini dan meninggalkan rumah itu secepatnya.
Dari snalhasderk aderm amd enrnasndemrad i dasdleru atn ttnern i dasndtenah denan sebuah sumur disektarnya. Saat masa penjajahn, banyak easd eriadadn ernadn easdi nekadn perpasid enrseterasd ernadj erj asdn erb asdn enadn
Dulunya, perumahan tempat kontrakan kami di bangun adalah tanah lapang dengan sebuah sumur di sekitarnya. Saat masa penjajahan, banyak sekali warga yang dibunuh dan jasadnya di lempar kedalam sumur itu.
Percaya atau tidak, setelah memutuskan untuk dijadikan perumahan, Jasad-Jasad itu di gali dan dikuburkan dengan layak (Jasad yang masih tengkoraknya utuh), sumur itu di timbun dan posisinya menurut kepercayaan warga, sumur itu berada tepat di dalam rumah kontrakan kami di kamar no. 3 (Serem gak tuh, selama ini aku bergumul dengan sarangnya).
Bahkan selama ini, tak ada satu orangpun yang betah ngontrak di sana, terakhir sebelum kami adalah pasangan suami istri yang hampir bercerai setelah ngontrak dirumah itu, alasannya adalah, sang istri melihat dengan mata kepalanya sendiri ada seorang wanita berambut panjang yang masuk kekamar suaminya.
Beberapa warga juga sering ada yang melihat penampakan wanita berambut panjang disekitar rumah itu, terkadang dia hanya berkelebat dan terkadang juga ia tampak duduk di atas gentingnya dengan bayi yang masih merah di gendongannya. Mendengar ini saja bulu kudukku rasanya berdiri
Guys, tahukah kalian apa yang terjadi setelahnya?
3 hari setelah aku memulai kehidupan baru di kosanku. Aku mendapat telfon dari teman teman kontrakanku, mereka memintaku datang ke sana karna Nuril mengalami demam dan terus menggumam seperti anak kecil.
Mungkin aku akan dinilai egois, tapi aku tak pernah mau lagi mendatangi rumah itu. Entah ini kesalahanku atau memang penghuni rumah itu yang bersimpati padaku, yang jelas sejak hari itu Nuril tak pernah sama lagi. Menurut Lala yang sering mengunjungiku di Kosan. Dia telah menjadi “Gila”.
Ket : Rumah itu masih ada sampai detik ini dan sudah direnovasi. Kalian bisa membuktikan kebenaran ceritaku jika kebetulan berada di sekitar sana. Rumah dengan no. 06 di bangun tepat di seberang jalan raya yang berseberangan dengan sebuah Sekolah tinggi Agama Islam Negeri P***K***N.
Sejak tiga kejadian itu, kehidupankupun tak pernah normal lagi. Aku merasa memiliki sebuah tali penghubung, yang jika kalian mau… aku bisa membuat mereka bahkan membaca ini bersamamu sekarang 🙂