Saudaraku

Semenjak kecelakaan itu, saudaraku tak pernah sama lagi. Cara berbicaranya sih sama, dan selain kakinya yang agak pincang, caranya berjalan juga masih sama. Namun tetap saja, ada sesuatu yang berbeda semenjak malam itu, dua minggu lalu.

Aku ingat detik-detik sebelum kecelakaan itu seperti menyaksikan foto-foto di sebuah album. Aku menolehkan kepalaku unutk menatapnya di kursi pengemudi. Senyumnya perlahan luntur ketika ia kembali menghadap depan dan menyadari bahwa badan truk itu semakin mendekat dan mendekat, memenuhi kaca jendela depan.

Terakhir kulihat, wajahnya mencumbu setir. Kemudian gelap..

Sejak saati itu, saudaraku tak pernah sama sepertinya yang dulu. Ia lebih pendiam dan aku mendengar gumamannya di sela napasnya ketika ia berjalan dengan langkah cepat di dalam rumah dengan bayangan hitam menggelayut di wajahnya.

Ketika aku menanyakan apa yang terjadi, ia tampak terkejut karena menyadari kehadiranku, dan dengan cepat memasang senyum untuk meyakinkanku bahwa tak terjadi apa-apa. Namun tetap, aku khawatir.

Kenapa aku khawatir?

Karena dua hari setelah kecelakaan itu kami sudah menguburkannya.