Cerita ini admin copypasta dari 2ch (sebuah forum internet di Jepang) pada tahun 2004, dengan judul thread “Post tentang Kejadian Aneh Sekitar Kamu: Thread No. 26”.
Thread Starter (TS) awalnya tidak memberikan nama (anonim), tapi akhirnya ia menuliskan namanya.
Untuk memudahkan kalian mengikut alur cerita ini, post dari “#???” dan “Hasumi” adalah TS, selain itu adalah user-user lain.
#???: Ini mungkin cuma perasaanku saja, tapi boleh post disini?
#2ch: Silakan
#2ch: Ada apa?
#???: Aku naik kereta cukup lama, tapi rasanya ada yang aneh.
#2ch: Hmm…
#???: Aku biasanya naik kereta ini kalau kerja, tapi keretanya tidak berhenti lagi di stasiun manapun dalam 20 menit terakhir. Biasanya pasti berhenti di stasiun setiap lima menit, paling lama delapan, tapi ini tidak, dan ada lima penumpang lain, tapi semuanya tidur.
#2ch: Salah naik kereta?
#2ch: Kereta Shinkansen bukan?
#???: Mungkin aku kelewatan saja, aku coba tunggu dulu. Kalo ada yang aneh, mungkin aku post lagi disini.
#2ch: Mungkin coba ke ujung dan bertemu petugasnya?
#2ch: Coba cek saja, takutnya petugasnya kenapa-kenapa!
#???: Keretanya tidak ada tanda berhenti, akan aku cek sekarang.
#???: Ruang masinis ditutup semacam tirai, atau apalah yang menutupi jendelanya, aku jadi tak bisa melihat masinisnya atau petugasnya. Rute kereta sepertinya masuk ke Shizuoka.
#2ch: Mungkin ketuk jendelanya?
Hasumi: Sudah kucoba, tapi tak ada jawaban.
#2ch: Bisa lihat keluar jendela kereta? Untuk tahu nama stasiun yang dilewati dan semacamnya.
Hasumi: Keretanya baru keluar terowongan, jadi agak pelan. Biasanya jalurnya tidak melewati terowongan, karena jalur kereta itu dari Shin-Hamamatsu.
Hasumi: Sepertinya sudah berhenti di suatu stasiun.
#2ch: Kamu ga bakal turun..kan?
Hasumi: Stasiun pemberhentian namanya stasiun Kisaragi. Apa aku turun saja ya? Aku tidak pernah dengar dan tau stasiun ini.
#2ch: Turun dan periksa.
#2ch: Jangan, tetap dalam kereta sampai benar-benar jalur terakhir.
#2ch: Oh tapi sepertinya keretanya sudah mau pulang…
#2ch: Kapan tadi kamu naik kereta?
Hasumi: Aku sudah turun, stasiunnya tidak dijaga. Tadi rasanya aku naik kereta pukul 23.40.
#2ch: Aku tidak ketemu informasi tentang stasiun Kisaragi. Hasumi, keretamu berjalan lebih dari satu jam? Itu aneh sekali.
#2ch: Iya, aku juga tidak dapat informasi apapun tentang stasiun Kisaragi…
Hasumi: Aku coba cari jadwal kereta jadi aku bisa kembali tapi tidak ada jadwal. Ah, keretanya masih berhenti, lebih aman aku naik lagi…Ah, keretanya sudah berangkat lagi.
#2ch: Ada orang sekitar situ? Atau gedung? Udaranya dingin, hati-hati.
Hasumi: Aku naik taksi saja. Terima kasih semua.
#2ch: Ide bagus. Hati-hati.
#2ch: Sudah kelewatan kereta terakhir, turunnya di stasiun kosong pula, ajaib kalau bisa dapat taksi.
#2ch: Hasumi jadi penghuni dunia dua dimensi rupanya…
Hasumi: Tidak ada taksi sekitar sini rupanya…
#2ch: Telepon 110? (nomor darurat polisi)
#2ch: Telepon perusahaan taksi?
#2ch: Kalau ada telepon umum dekat situ, cari nomor telepon perusahaan taksi di buku telepon, telpon segera.
Hasumi: Aku telepon orang rumah dan minta dijemput, tapi orangtuaku tidak tahu dimana stasiun Kisaragi. Mereka masih cari lokasinya di peta agar bisa jemput aku, tapi aku sedikit takut rasanya sekarang.
#2ch: Terus yang lain? Cuma kamu yang turun?
#2ch: Aku sudah cari online juga, tidak ada hasil juga. Sekitaran Shin-Hamamatsu bukan? Aku cek di Yahoo dulu.
Hasumi: Aku cari telepon umum, tapi tidak ada, dan menjawab pertanyaan tadi, tidak ada yang turun, aku benar-benar sendiri, nama stasiun jelas sekali Kisaragi.
#2ch: Beberapa stasiun kereta telepon umumnya ada di luar stasiun.
Hasumi: Saat kulihat nama stasiunnya, ternyata nama stasiun ditulis dengan huruf kanji untuk “Setan”, tapi dibacanya “Kisaragi”…
#2ch: Stasiun Setan…? Wedew…
#2ch: Kamu gamer? Nama game muncul kalo kamu cari itu di Google.
#2ch: Coba sebut nama stasiun sebelum dan sesudah Kisaragi.
Hasumi: Maksudnya game? Tidak ada info juga tentang stasiun sebelum dan sesudahnya.
#2ch: Jalan balik mengikuti rel kereta.
#2ch: Kalau kamu lari sekarang, mungkin bisa menyusul kereta!
#2ch: Pasti ada rumah di sekitar stasiun kan?
Hasumi: Iya ada. Aku tidak sadar karena aku panik. Aku menunggu orangtuaku meneleponku sambil berjalan mengikuti rel. Aku coba cari informasi mengenai kota ini tapi yang kudapat pesan “error” saja. Aku mau pulang.
Hasumi: Tidak ada apa-apa lagi sekitar sini. Hanya ladang dan gunung. Tapi aku rasa aku bisa kembali jika aku mengikuti rel, jadi aku jalan terus. Terima kasih banyak. Kalian boleh ada yang tidak percaya ini, tapi boleh minta tolong lagi kalau ada kenapa-kenapa?
#2ch: Tentu, hati-hati.
#2ch: Tentu! Awas jangan sampai baterai kosong. HP kamu nyawa kamu sekarang.
#2ch: Jangan tersesat, hati-hati di terowongan.
#2ch: Loh, memang bisa dapat sinyal di tempat tidak jelas begitu? Aku rasa jangan jauh-jauh dari stasiun kereta…
#2ch: Sendirian di malam dingin, di stasiun tanpa satupun orang, penerangan setempat sebentar lagi padam, yang tersisa hanya gelap…
#2ch: Aku rasa paling bijak menunggu sampai matahari terbit di stasiun…
#2ch: Yassalam, sepertinya ini buruk…
Hasumi: Aku dapat telepon dari ayahku, dia banyak bertanya tapi juga tidak bisa menemukan lokasiku, aku sudah disuruh telepon 110 tapi sedikit sungkan, tapi aku akan minta tolong…
#2ch: Aku sungguh merasa kau sebaiknya tunggu keadaan lebih terang sebelum melakukan apapun…
#2ch: Menunggu sendirian? Di tengah malam? Tempat tidak jelas? Wedew…
#2ch: Jalan di terowongan sendirian? Di tengah malam? Melewati rel kereta? Wedew…
Hasumi: Aku sudah telepon 110, dan mencoba menjelaskan dengan baik, tapi mereka tidak percaya dan aku dianggap iseng, aku jadi takut dan meminta maaf…
#2ch: Minta maaf untuk apa? Aku rasa kamu menyerah saja untuk saat ini. Tunggu kereta pagi hari.
#2ch: Stasiunnya seperti apa? Ada apa saja disana?
Hasumi: Aku mendengar seperti ada suara taiko (drum), dan lonceng di kejauhan. Aku bingung mau melakukan apa sekarang.
#2ch: Kembali ke stasiun, sekarang Hasumi. Paling baik kamu kembali ke tempat awal kamu tersesat.
#2ch: Disinilah ini dimulai…
#2ch: Ada festival atau apa?
Hasumi: Mungkin kalian mengira aku bercanda, tapi aku takut menengok ke belakang. Aku mau kembali ke stasiun, tapi aku tidak berani menengok..
#2ch: Lari. Jangan melihat ke belakang.
#2ch: Kamu tidak bisa kembali ke stasiun sekarang. Lari lewat terowongan! Aku rasa kamu tidak akan terlalu jauh.
Hasumi: Di belakangku ada suara yang teriak “Hei! Jangan lari di rel! Bahaya!”, aku menengok karena kukira petugas yang bilang begitu, ternyata pria tua dengan satu kaki yang bilang begitu, tapi dia hilang. Aku takut untuk bergerak.
#2ch: Sudah kubilang jangan menengok! LARI
#2ch: Tenang dan dengar, oke? Periksa asal suara drumnya, pasti ada yang memainkannya…
#2ch: Kamu mau mengarahkan Hasumi kemana?
#2ch: Bagaimana kamu tahu itu “pria tua” kalau cuma satu kaki saja?
#2ch: Ah…aku rasa maksud Hasumi, pria tua yang pincang, kakinya hanya satu.
#2ch: Pasti pria tua yang mati dan kakinya putus di rel tersebut.
Hasumi: Aku tidak sanggup jalan atau lari lagi. Suara drumnya makin dekat.
#2ch: Tunggu hingga fajar, keadaan tidak terlalu seram kalau pagi hari.
#2ch: Aku bersyukur aku tetap dalam kereta…
Hasumi: Aku masih selamat. Tapi aku terkilir, hak sepatuku patah, aku jadinya duduk saja di tanah. Aku belum ingin mati…
#2ch: Aku rasa kamu akan aman kalau keluar dari terowongan. Setelah keluar, cari pertolongan segera.
Hasumi: Aku menelepon rumah, ayahku melapor polisi, tapi suaranya semakin dekat.
#2ch: Aku berdoa semoga itu bukan suara kereta… tapi rasanya ini sudah terlambat…
Hasumi: Aku sudah berhasil ke depan terowongan. Aku melihat namanya. Isanuki. Suaranya masih mendekat, aku pergi dari terowongan ini, kalau sudah aman, aku post lagi.
#2ch: Semoga berhasil
#2ch: Sudah berakhir. Lupakan kereta, lupakan stasiun, lupakan jalan kembali, lupakan ada yang mengejarmu. Suara itu cuma perasaanmu saja. Segera keluar dari terowongan. Kalau kamu berhenti, kamu akan jatuh ke tempat yang bukan dari dunia ini.
Hasumi: Aku keluar dari terowongan. Ada orang di depan. Sepertinya semua saran kalian benar. Terima kasih banyak. Wajahku kelihatan kacau karena menangis. Nanti aku dikira monster.
#2ch: Tunggu, Hasumi! Jangan mati!
#2ch: Stop! Sepertinya itu buruk!
#2ch: Ada orang disana? Jam segini? Mencurigakan…
Hasumi: Kelihatannya orang baik, dan bapak ini khawatir padaku. Dia memanggilkanku kereta untuk membawaku ke stasiun terdekat. Ternyata ada hotel dekat situ. Aku sungguh berterima kasih pada kalian semua.
#2ch: Hasumi, coba jawab ini. Bisa tanya ke bapak itu tempat apa yang dimaksud?
#2ch: Sungguhan baik? Dia terdengar menyeramkan dari deskripsimu…
#2ch: Hati-hati! Kenapa dia bisa ada di situ jam segini? Mungkin dia mayat atau apalah! Hasumi, LARI!!
Hasumi: Aku bertanya ini dimana, dan dia bilang ini Hina. Meski kurasa tidak mungkin…
#2ch: Hasumi, turun dari kereta sekarang!
#2ch: Maaf, Hasumi? Hina itu dimana?
Hasumi: Kami menuju arah pegunungan, aku merasa ini bukan tempat yang umumnya dilalui kereta. Bapak itu juga berhenti bicara padaku.
#2ch: Mungkin karena kamu main HP terus?
#2ch: Hasumi, astaga.. Kamu sudah telpon orangtuamu saat keluar terowongan dan menerima bantuan (?) dari bapak itu?
#2ch: Hasumi. Telepon polisi. Sekarang. Mungkin ini kesempatan terakhirmu.
Hasumi: Batereku hampir habis. Keadaan makin aneh, namun aku coba saja. Dia berbicara hal-hal aneh. Untuk jaga-jaga, aku akan menjadikan ini post terakhirku saat ini.
* Setelah itu, “Hasumi” tidak pernah ada kabar lagi.
Seeeerrrramm