Tomino no Jigoku

Urban Legends

Tomino no Jigoku atau Tomino’s Hell merupakan sebuah puisi yang sangat populer dan dikenal sebagai Urban Legend di jepang.

Masyarakat jepang percaya bahwa puisi ini tak boleh dibaca dengan suara lantang/keras dan hanya boleh dibaca dalam diam. Dikatakan jika siapa saja yang berani membacanya keras-keras, maka orang tersebut harus menerima sendiri risikonya.

Tomino’s Hell ditulis oleh Yomota Inuhiko dalam bukunya yang berjudul “The Heart is Like a Rolling Stone.” Puisi ini juga terdapat dalam buku puisi ke-27 milik Saizo Yako, seperti yang dilansir oleh CreepyFiles.

Tidak ada yang tahu sejak kapan rumor ini muncul dan apa penyebabnya. Namun dipercaya bahwa hal-hal tragis akan terjadi pada orang yang membacanya dengan keras. Dipercaya bahwa mereka mengalami kecelakaan tragis, terluka, atau bahkan meninggal dunia.

Cerita ini bahkan pernah terkenal di 2chan, disana banyak sekali orang yang membuat video ketika mereka membaca puisi ini keras-keras dengan tujuan mematahkan kepercayaan seram ini. Banyak dari pengguna 2chan yang mengaku tak ada hal apapun yang terjadi, namun tak sedikit pula pengguna yang tiba-tiba menghilang setelah mengunggah video tersebut.

Untuk kalian yang penasaran seperti apa puisi tersebut, CreepyFiles akan membagikannya kepada anda, tapi satu hal yang perlu anda ingat … “Cukup Baca Puisi ini di dalam hati saja” .

Berikut adalah puisi Tomino’s Hell atau Tomino no Jigoku dalam versi asli dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia.

Tomino no Jigoku

 "Ane wa chi wo haku, imoto wa hihaku,
kawaii tomino wa tama wo haku
hitori jihoku ni ochiyuku tomino,
jigoku kurayami hana mo naki.
muchi de tataku wa tomino no aneka,
muchi no shubusa ga ki ni kakaru.
tatake yatataki yare tataka zutotemo,
mugen jigoku wa hitotsu michi.
kurai jigoku e anai wo tanomu,
kane no hitsu ni, uguisu ni.
kawa no fukuro ni yaikura hodoireyo,
mugen jigoku no tabishitaku.
haru ga kitesoru hayashi ni tani ni,
kurai jigoku tanina namagari.
kagoni yauguisu, kuruma ni yahitsuji,
kawaii tomino no me niya namida.
nakeyo, uguisu, hayashi no ame ni
imouto koishi to koe ga giri.
nakeba kodama ga jigoku ni hibiki,
kitsunebotan no hana ga saku.
jigoku nanayama nanatani meguru,
kawaii tomino no hitoritabi.
jigoku gozarabamo de kitetamore,
hari no oyama no tomebari wo.
akai tomehari date niwa sasanu,
kawaii tomino no mejirushini."

Neraka Tomino (versi Indonesia)

 “Kakak perempuan muntah darah, adik perempuan memuntahkan api,
Tomino yang lucu memuntahkan manik-manik kaca,
Tomino jatuh ke neraka sendirian,
Neraka yang gelap dan tak ditumbuhi bunga,
Apakah itu kakak Tomino yang membawa cambuk?
Cambukan meninggalkan bekas memerah yang mengerikan
Mencambuk dan memukul, terus memukul
Sebuah jalan menuju neraka
Apakah kau akan mengantarnya ke neraka yang gelap?
Untuk domba-domba emas, untuk burung bulbul
Aku penasaran berapa banyak yang dimasukkannya dalam kantong kulit
Sebagai persiapan untuk perjalanan ke neraka
Musim semi datang, di hutan dan sungai
Bahkan di sungai dalam neraka yang gelap
Burung bulbul dalam sarang, domba dalam gerobak,
Ada air mata di mata lucu Tomino
Menangis, burung bulbul terbang ke hutan yang hujan
Meneriakkan kerinduan pada adik perempuannya
Tangisannya bergema ke seluruh neraka
Bunga berwarna merah darah mekar
Mengelilingi tujuh gunung dan tujuh sungai di neraka
Tomino yang lucu berjalan sendirian
Untuk menjemputmu ke neraka
Jarum-jarum dalam neraka,
menancap ke dalam daging segar,
Sebagai tanda dari si lucu Tomino”


Seorang penyiar radio pernah mencoba membaca puisi ini keras-keras ketika on-air. Dia mengaku semuanya baik-baik saja, namun ketika sampai pertengahan puisi, dia berhenti membacanya.

Dia berkata bahwa tubuhnya tak bisa bergerak, dan akhirnya dia tak melanjutkan membaca puisi tersebut dan langsung membuangnya.

Beberapa hari kemudian dia mengalami kecelakaan dan harus dijahit sebanyak tujuh jahitan. Meski begitu, dia tak ingin menganggap hal tersebut diakibatkan karena membaca puisi Tomino.

Well, hal seperti ini memang sulit untuk dipercayai, untuk pembuktiannya kalian bisa mencobanya sendiri dengan membaca puisi tersebut keras-keras

(sangat tidak direkomendasikan).

 

Baca juga: Dokter yang Arogan