KOST ANGKER

Cerita ini datang dari seorang narasumber bernama Mas L, yang pernah mengalami kejadian menyeramkan saat tinggal di rumah kos angker.

Awalnya, tidak ada hal mencurigakan ketika Mas L dan enam temannya patungan menyewa sebuah rumah untuk ditinggali selama satu tahun. Rumah itu berada di ujung sebuah kampung yang cukup padat penduduk, bukan di area sepi seperti yang sering dibayangkan. Rumah tersebut memiliki garasi, ruang tamu, dapur, kamar mandi, dan tiga kamar tidur. Karena satu kamar cukup luas, Mas L berbagi dengan dua teman, sementara dua kamar lainnya diisi masing-masing oleh dua orang.

Tiga hari setelah mereka menempati rumah itu, kejadian aneh mulai terjadi.

Suatu malam, sekitar pukul 10, Mas L mendengar suara orang sedang mencuci piring di dapur. Awalnya dia mengira itu suara teman dari kamar sebelah, jadi dia tidak terlalu memperdulikannya. Tapi saat rasa ingin buang air kecil menyerang, Mas L berjalan menuju kamar mandi yang ada di belakang rumah.

Untuk menuju ke kamar mandi, Mas L harus melewati dua kamar temannya. Yang membuatnya aneh, saat dia melirik ke dalam, semua temannya sudah terlelap tidur, dan pintu kamar mereka dibiarkan terbuka.

Sementara itu, suara orang mencuci piring masih jelas terdengar dari arah dapur.

Dengan perasaan setengah ragu, Mas L memberanikan diri menengok ke arah dapur. Namun, yang dia lihat hanyalah dapur kosong. Tidak ada seorang pun di sana, hanya tetesan air dari keran wastafel yang menimbulkan suara aneh.

Mas L diam terpaku beberapa saat, hingga akhirnya memilih mengabaikan rasa takutnya, masuk ke kamar mandi, lalu kembali ke kamar untuk tidur tanpa banyak bicara.

Namun, kejadian itu hanyalah permulaan.

Teman-temannya pun mulai merasa ada yang tidak beres. Mereka sering mendengar suara perempuan tertawa cekikikan di luar jendela belakang, tepat saat menjelang subuh. Suara itu terdengar begitu jelas, seolah-olah ada seseorang yang sengaja mengganggu.

Karena kesal dan ingin mencairkan suasana yang mulai tegang, Mas L suatu malam berkata lantang, “Lek guya-guyu ae, usil ae, meden-meden ae… tak rabi koen!” (Kalau ketawa-ketiwi terus, iseng terus, nakut-nakutin terus… aku nikahin kamu!)

Sayangnya, ucapan itu justru membuat suasana semakin mencekam. Bukannya reda, gangguan di rumah itu semakin parah. Barang-barang mulai jatuh sendiri, pintu lemari terbuka tanpa sebab, dan pakaian berhamburan keluar seolah ada yang melemparnya.

Karena teror makin menjadi-jadi, akhirnya Mas L dan teman-temannya memutuskan untuk segera pindah dan meninggalkan rumah kos itu, tanpa berniat menoleh ke belakang.

Itulah sepenggal pengalaman nyata Mas L di rumah kos angker tersebut.