PENGHUNI KELAS MALAM

CreepyFiles – Di setiap sekolah, pasti ada cerita horor yang diwariskan dari generasi ke generasi. Dan cerita ini terjadi di sekolahku — sebuah SMA negeri yang terletak di pinggiran kota Semarang.

Kala itu, kami baru saja pulang dari acara study tour. Hari sudah malam, dan para murid bergegas pulang ke rumah masing-masing. Namun tidak demikian dengan Ikhsan dan dua sahabatnya, Totok dan Fajri.

Mereka bertiga, dengan gaya sok jagoan, berencana untuk bermalam diam-diam di sekolah.

Rokok dan minuman keras sudah mereka siapkan untuk menemani malam itu.
Tanpa rasa khawatir akan larangan guru atau orang tua, mereka menikmati malam di mushola — tempat yang terasa cukup nyaman untuk menenggak alkohol hingga lupa waktu.

BACA JUGA CERITA HOROR LAINNYA : SUSUK MAYAD SARWINAH

Namun tepat ketika malam menembus larut, listrik sekolah tiba-tiba padam. Seketika semuanya gelap. Dengan hanya bermodalkan korek api, mereka mulai mencari saklar listrik di tengah kegelapan yang mencekam.

Saat itulah mereka menyadari — ada satu ruang kelas yang lampunya masih menyala.

Tanpa pikir panjang, mereka sepakat untuk pindah ke kelas tersebut. Tapi perjalanan menuju kelas itu terasa aneh. Dari kejauhan, bayangan-bayangan samar tampak bergerak di balkon kelas, seolah mengawasi.

Beberapa langkah sebelum mencapai kelas yang menyala, Fajri tiba-tiba berhenti. Napasnya tersengal, wajahnya seputih kapur. Ia menatap ke salah satu kelas, lalu memberi isyarat agar mereka segera pergi.

Ikhsan dan Totok pun mulai merasa tidak nyaman. Tanpa berkata apa-apa, mereka mempercepat langkah menuju tempat terang — kelas dengan lampu menyala di deretan kelas dua.

Begitu tiba di sana, mereka melihat seseorang di dalam ruangan.

Pak Sunar. Penjaga sekolah.

Ikhsan langsung ingin masuk dan menyapanya, namun tangan Totok dan Fajri segera menariknya mundur dengan paksa.

“PULANG! Pokoknya kita pulang!” ujar Totok tegas, nyaris panik.

Melihat keduanya bersikeras, Ikhsan pun akhirnya menurut. Tapi ekspresi mereka berdua benar-benar tidak biasa — wajah pucat, mata kosong, seolah baru saja melihat sesuatu yang tak seharusnya dilihat manusia.

Dalam perjalanan keluar dari sekolah, Totok akhirnya bicara pelan kepada Ikhsan.

“Kalau itu Pak Sunar… kenapa dia nggak punya kaki?”

Fajri, dengan suara nyaris berbisik, menambahkan,
“Terus… anak-anak yang merayap di langit-langit kelas itu… mereka siapa?”

…

Cerita ini disampaikan oleh mereka bertiga satu minggu setelah kejadian tersebut. Dalam seminggu itu, ketiganya jatuh sakit dengan demam tinggi yang tak kunjung reda.

Aku masih ingat, Fajri pernah berkata bahwa selama ia sakit, setiap malam ia didatangi oleh sosok murid — pucat, bermata satu, dengan rambut panjang — yang menatapnya dari langit-langit kamarnya.

Katanya, itu adalah sosok yang sama yang ia lihat… di salah satu ruang kelas, sebelum mereka tiba di kelas yang bercahaya malam itu.


SELESAI


Tinggalkan Balasan